hidup kreatif

BAB I
PENDAHULUAN
1.1           Latar Belakang
Perkembangan merupakan perubahan yang terjadi pada individu ataupun orgenisme lainnya yang bersifat kualitatif. Artinya perkembangan pada diri individu ataupun organisme lainnya tidak dapat dihitung , hanya dapat di amati. Perkembangan terjadi pada individu terjadi mulai dari masa prenatal hingga masa lansia.  Perkembangan terjadi  pada biologis maupun psikologis.
Perkembangan pada anak terjadi mulai dari perkembangan motorik , pekembangan bahasa , perkembangan permainan , perkembangan social , dan pekembangan psikoseksual. Dalam makalah ini , tim penyusun akan membahas pekembangan permainan. Perkembangan permainan pada anak masa usia tahun kedua merupakan salah satu makanan rohaninya. Karena pada masa itu , anak bila dalam permainan akan mengalami bahagia tersendiri di dalam batinnya.
1.2           Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah tersebut , maka penulis menggunakan rumusan masalah sebagai berikut :
a.      Apa arti perkembangan dan pekembangan permainan ?
b.      Apa saja perkembangan permainan pada anak usia tahun kedua?

1.3           Tujuan Penulisan             
Dari rumusan masalah tersebut , maka tim penyusun menetapkan tujuan penulisan sebagai berikut :
a.      Mengetahui arti perkembangan dan perkembangan permainan.
b.      Mengetahui macam dari perkembangan permainan pada anak usia tahun kedua.
1.4. Batasan Masalah
Dalam batasan masalah ini , kami akan membatasi masalah tentang mempelajari perkembangan permainan pada anak usia tahun kedua.

1.5.        Hipotesa
Pekembangan merupakan perubahan pada diri individu ataupun organisme yang bersifan kulitatif atau perubahan yang tidak dapat dihitung. Perkembangan permainan merupakan  perubahan yang terjadi di dalam aktivitas permainan pada anak mulai fase natal hingga dewasa.
Perkembangan permainan anak pada usia tahun kedua terdiri dari permainan  gerak atau fungsi , permainan destruktif , permainan kontruktif , permainan peranan atau ilusi , permainan reseptif (ceritera) , dan permainan prestasi.
1.6. Metode Penulisan
            Dalam penulisan makalah ini , tim penyusun memakai metode penulisan , yaitu:
a.      Study Pustaka
Study pustaka adalah suatu system pengumpulan data dengan cara membacaa buku-buku literature dan artikel yang ada di perpustakaan maupun di internet.
b.      Observasi
Observasi adalah suatu system pengumpulan data dengan cara teknit pengamatan langsung atau tidak lagsung terhadap objek.
1.7.  Manfaat Penulisan
            Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak , khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan wawasan.Manfaat lain dari penulisan makalah ini adalah dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan dapat dijadikan acuan didalam mengikuti mata kuliah perkembangan peserta didik.





BAB II
KAJIAN TEORI dan PEMBAHASAN
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Pengertian perkembangan
Perkembangan adalah suatu perubahan yang bersifat kualitatif , artinya perubahan ini tidak dapat diukur dengan inci , centimeter , gram atau kilogram. Perkembangan individu merupakan suatu proses yang dinamis dan menuju kesuatu progres , tidak dapat diulang dan bersifat kekal. Perkembangan lebih menekankan pada segi fungsional yang kualitatif. Fungsi kepribadian manusiaberhubungan dengan aspek jasmaniah seperti fungsi motorik pada bagian tubuh, fungsi sensoris pada alat-alat indra , fungsi neurotik pada system saraf , fungsi seksual pada bagian-bagian tubuh yang erotis , fungsi pernafasan pada alat pernafasan , fungsi peredaran darah pada jantung dan urat-urat nadi , fungsi pencernaan makanan pada alat pencernaan makanan , dan aspek kejiwaan yang berhubungan dengan fungsi perhatian , fungsi pengamatan , fungsi tanggapan , fungsi ingatan , fungsi fantasi , fungsi pikiran , fungsi perasaan serta fungsi kemauan.
Perkembangan tersebut bisa disebabkan oleh adanya pertumbuhan dan belajar. Psikomotorik adalah berhubungan atau mengarah kepada akibat-akibatmotor dari proses mental (kerja otak). Kemampuan motorik berasal dari bahasa Inggris yaitu motor ability , dalam Filosofi Pembelajaran dan Masa Depan Teori Pendidikan Jasmani Kephart , mendefinisikan bahwa motor adalah gerak dari dorongan dalam (internal) yang diarahkan kepada beberapa maksud lahiriah (external) dengan ujud ketrampilan rendah Perkembangan keterampilan motorik (motor skill) ini merupakan keterampilan yang dimiliki seseorang untuk mampu melakukan suatu rangkaian gerakan jasmaniah dalam urutan tertentu , dengan mengadakan koordinasi antara gerak berbagai anggota badan secara terpadu.
Keterampilan semacam ini melibatkan kekuatan otot , urat syaraf , dan persendian manusia. Ciri khas dari keterampilan motorik adalah otomatisme , yaitu rangkaian gerak-gerik yang berlangsung secara teratur dan berjalan lancar tanpa dibutuhkan banyak refleksi atau berfikir terhadap apa yang harus dilakukan dan mengapa harus mengikuti suatu gerakan. Keterampilan motorik memegang peranan yang sangat penting dalamkehidupan manusia , seorang anak yang memiliki keterampilan motorik sempurna , ia mampu merawat dirinya sendiri dan bergerak secara efektif dan efisien , misalnya seorang anak kecil yang belajar berjalan tegak , menaiki tangga , memegang dan mengambil benda dan sebagainya.
Berkembangnya kemampuan motorik tersebut didapatkan dari hasil belajar dan latihan. Dengan belajar dan latihan tersebut akan membuat fungsi otot dan persendian menjadi lebih kuat. Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan perkembangan psikomotorik adalah perkembangankepribadian manusia yang berhubungan dengan gerakan jasmaniah dan fungs iotot akibat adanya dorongan dari pemikiran , perasaan dan kemauan dari dalam diri seseorang.
2.1.2. Pengertian Perkembangan Permaianan   
            Perkembangan permainan merupakan perubahan ke arah kemajuan yang terjadi pada kegiatan permainan pada individu. Pada masa anak tahun kedua terdapat perkembangan permainan. Perkembangan pada anak tahun kedua merupakan satunya makanan rohaninya. Maksudnya pada masa anak kedua , permainan bagi mereka kegiatannya yang paling membuat dalam dirinya merasa bahagia. 
Bermain adalah tindakan atau kesibukan suka rela yang dilakukan dalam batas - batas tempat dan waktu , berdasarkan atuan - aturan yang mengikat tetapi diakui secara sukarela dengan tujuan yang ada dalam dirinya sendiri , disertai dengan perasaan tegang dan senang serta dengan pengertian bahwa bermain merupakan suatu yang lain dari biasa.
Perkembangan permainan pada anak usia tahun kedua terdiri dari permainan gerak atau fungsi , permainan destruktif , permainan kontruktif , permainan peranan / ilusi , permainan resptif (ceritera) , permainan prestasi.
            Dunia anak adalah dunia bermain. Bagi anak-anak kegiatan bermain selalu menyenangkan. Melalui kegiatan bermain ini, anak bisa mencapai perkembangan fisik, intelektual, emosi dan sosial. Perkembangan secara fisik dapat dilihat saat bermain. Perkembangan intelektual bisa dilihat dari kemampuannya menggunakan atau memanfaatkan lingkungannya. Perkembangan emosi dapat dilihat ketika anak merasa senang, tidak senang , marah , menang dan kalah. Perkembangan sosial bisa dilihat dari hubungannya dengan teman sebaya , menolong dan memperhatikan kepentingan orang lain.
Tidak ubahnya perilaku anak hewan liar yang bermain berlari-larian, mengejar, menerkam dan menggigit. Melalui pengalamannya bermain ini, anak hewan liar sebenarnya sedang belajar meningkatkan keterampilannya yang akan digunakannya kelak untuk mempertahankan hidupnya. Demikian pula dengan anak-anak, dimana bermain adalah pengalaman mereka yang harus dilalui. Melalui permainan ini sebenarnya mereka sedang menciptakan pengalaman, yang tidak perlu harus merepotkan dengan melarangnya untuk tidak bermain ini atau bermain itu. Biarkan mereka melakukan aktivitas sendiri yang menyenangkan itu tanpa harus terganggu oleh batasan-batasan yang kita ciptakan. Bila ini terjadi , anak akan mempunyai sifat penakut dan bersikap ragu-ragu.
Menurut beberapa pengertian , aktivitas bermain tidak sama dengan aktivitas lainnya seperti belajar , mandi , makan dan tidur. Namun dalam bermain sebenarnya anak sedang belajar. Ciri-ciri yang membedakan itu antara lain :
ü  Aktivitas bermain bisa menimbulkan efek yang menyenangkan dan gembira.
ü  Aktivitas bermain bisa dilakukan secara spontanitas dan suka rela serta tidak ada unsur paksaan.
ü  Dalam bermain ada aturan yang diciptakan oleh pemainnya sendiri dan sifatnya insidentil.
ü  Dalam bermain anak bisa termotivasi untuk menyenangi permainan.
Keempat ciri di atas itulah yang membedakan aktivitas bermain dengan aktivitas lainnnya. Namun demikian dalam melakukan aktivitas bermain hendaknya harus mengandung unsure-unsur pelajaran. Ini di lakukan agar anak dapat meningkatkan kemampuan ketrampilan , kecerdasan , emosi , dan sosial secara optimal.
Bermain tidak lepas dari gerak sehingga gerak adalah kehidupan dan apabila gerak tersebut berhenti maka kehidupannya pun akan berakhir. Dengan demikian sejalan dengan pendidikan jasmani di Sekolah Dasar, yang dimana dijelaskan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (2004 : 6) sebagai berikut :
·        Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerja sama, percaya diri dan demokratis melalui akivitas jasmani.
·        Mengembangkan kemampuan gerak dan ketrampilan berbagai macam permainan dan olahraga.
·        Mengembangkan ketrampilan pengelolaan diri dalam upaya mengembangkan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani.
Unsur-unsur dalam permainan yaitu :
·        Mempunyai tujuan yaitu permainan itu sendiri untuk mendapat kepuasan.
·        Memilih dengan bebas dan tas kehendak sendiri , tidak ada yang menyuruh  ataupun memaksa.
·        Menyenangkan dan dapat menikmati.
·        Mengkhayal untuk mengembangkan daya imaginatif dan kreativitas.
·        Melakukan secara aktif dan sadar.
Dengan bermain anak memenuhi kepuasan fisik , emosi , sosial dan perkembangan mental. Sehingga anak dapat mengekspresikan perasaannya baik itu perasaan kekuatan , kesepian , fantasi ataupun menunjukkan kreatifitasnnya.

2.1.3. Teori-teori tentang Perkembangan Permainan

a. Teori Rekreasi                                                                              

Dikemukakan oleh Schaller ( 1841 ) dan Lazarus ( 1884 ).              
Teori rekreasi menyebutkan bahwa “permainan adalah suatu kesibukan untuk menenangkan pikiran atau untuk beristirahat.” Contoh : kesibukan bermain akan dilakukan orang ketika dia lelah bekerja , maka bermain untuk memulihkan tenaga kembali atau menyegarkan tubuh yang sedang mengalami kelelahan.

b.Teori Kelebihan Tenaga

Dikemukakan oleh Herbert Spencer
Teori ini juga disebut teori pelepasan atau teori pemunggahan. Teori ini mengatakan bahwa kegiatan bermain pada anak karena adanya kelebihan tenaga pada diri anak. Tenaga atau energi yang menumpuk pada anak perlu digunakan atau dilepaskan dalam bentuk kegiatan bermain. Dengan demikian akanterjadi keseimbangan diri anak.

c.Teori Atavistis

Dikemukakan oleh Stanley Hall.
Teori ini menyebutkan bahwa didalam bermain akan timbul bentuk - bentuk perilaku sebagaimana bentuk kehidupan yang pernah dialami nenek moyang. Hal hal yang memperkuat teori ini adalah ciri - ciri yang sama dalam bermain pada anak - anak diseluruh dunia. Contoh : permainan berburu, menangkap dan membunuh binatang, bermain kelereng pasa anak - anak zaman yunani kuno sama dengan permainan kelereng pada anak - anak masa kini. Pada masa sekarang ini sudah dapat dikatakan bahwa teori tersebut tidak berlaku lagi karena anak - anak lebih suka bermain mobil - mobilan, kereta - keretaan, kapal terbang yang semuanya tidak dijumpai pada zaman nenek moyang.

 

 

 

d.Teori Biologis

Dikemukakan oleh Karl Gross ( jerman ) dan Dr. Maria Montessori ( Italia ).
Teori ini mengatakan bahwa permainan mempunyai tugas - tugas biologis untuk melatih bermacam - macam fungsi jasmani dan rohani. Saat anak bermain merupakan kesempatan yang baik untuk melakukan adaptasi dengan lingkungan hidup ataupun hidup itu sendiri, serta dapat melatih jiwa dan raga untuk menghadapi kehidupan yang akan datang. Dalam teori biologis ini dapat dikatakan adanya kemiripan antara permainan yang dilakukan oleh anak manusia dengan anak binatang. Contoh : seekor anak kucing yang bermain main mengejar sepotong kertas, tidak lain adalah suatu latihan agar anak kucing tersebut dapat menangkap seekor tikus. Anak manusia bermain dengan meremas - remas kertas tidak lain sedang melatih untuk memfungsikan jari - jarinya..
Dalam hal ini montessori mengatakan bahwa permainan sebagai latihan fungsi fungsi tubuh. Fungsi tubuh dilatih dengan jalan, berlari - lari, meloncat - loncat,merangkak rangkak dan sebagainya. Dalam bermain hendaknya disertai adanya perasaan senang, karena dengan perasaan senang ini akan dapat membantu dan mendorong untuk menimbulkan kekuatan yang dibutuhkan.

e.Teori Psikologi Dalam

Dikemukakan oleh Sigmud Freud dan Adler
Menurut Freud permainan adalah pernyataan nafsu - nafsu yang terdapat di daerah bawah sadar dan sumbernya berasal dari dorongan nafsu seksual. Atau dengan kata lain, permainan adalah bentuk pemuasan dari nafsu seksual yang terdapat didaerah bawah sadar.
Menurut Adler permainan merupakan usaha untuk mnutupi perasaan harga diri yang kurang. Menurut Adler nafsu yang terdapat didaerah bawah sadar bersumber dari adanya dorongan nafsu untuk berkuasa. Jadi pada manusia ada 2 dorongan nafsu yang terpenting yaitu nafsu seksual dan nafsu untuk berkuasa.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dengan permainan dapat memberikan kompensasi terhadap perasan diri lebih yang fiktif dan dapat menyalurkan perasaan yang lemah atau rendah diri. Disamping itu dorongan seksual yang ada pada daerah bawah sadar akan menemukan pemuasan simbolis dalam bentuk bernmacam macam permainan. Dalam bermain ada 2 faktor yang penting yaitu fantasi dan kebebasan.

 

 

f.Teori Fenomenologi

Dikemukakan oleh  Kohnstam ( Belanda )
Bermain merupakan suatu fenomena atau gejala yang nyata, yang mengandung unsur suasana permainan maksudnya bahwa dorongan bermain merupakan dorongan untuk menghayati suasana bermain itu sendiri, tidak khusus bertujuan untuk mencapai prestasi - prestasi tertentu. Jadi tujuan bermain adalah permainan itu sendiri. Dalam suasana permainan terdapat faktor - faktor kebebasan, harapan, kegembiraan, ikhtisar, siasat dll.

Arti dan nilai permainan bagi anak :

·        Sarana sosialisasi
·        Sarana mengukur kemampuan dan potensi diri
·        Sarana menunjukkan bakat, fantasi dan kecenderungan.
·        Sarana menghayati emosi
·        Permainan merupakan alat pendidikan
·        Permainan memberikan kesempatan mengenal latihan
·        Sarana menggunakan fuingsikejiwaan dan jasmaniah.

Permainan dan bermain mempunyai arti dan nilai tersendiri bagi anak. Permainan mempunyai arti sebagai sarana mensosialisasikan anak , artinya permainan dipergunakan untuk sarana membawa anak ke alam masyarakat , mengenalkan anak menjadi anggota suatu masyarakat , mengenal dan menghargai masyarakat manusia. Permainan sebagai sarana untuk mengukur kemampuan dan potensi diri anak. Anak akan menguasai berbagai macam benda , memahami sifat sifatnya maupun peristiwa yang berlangsung didalam lingkungannya.
Dalam situasi  bermain , anak akan menunjukkan bakat , fantasi dan kecenderungan kecenderungannya. Ditengah - tengah situasi bermain , anak menghayati macam macam emosi misalnya gembira , senang , tegang dan lain - lain. Permainan merupakan alat pendidikan , karena memberi rasa kepuasan , kegembiraan dan kebahagiaan. Permainan memberikan kesempatan pra latihan untuk mengenal aturan – aturan , mematuhi norma - norma dan larangan - larangan dan bertindak secara jujur maupun setia ( loyal ). Dalam permainan , anak menggunakan semua fungsi kejiwaan dan jasmaniah dengan suasana kesungguhan.
Permainan dan bermain bagi anak mempunyai beberapa fungsi dalam proses tumbuh kembangnya. Fungsi bermain terhadap sensoris motoris anak penting untuk mengembangkan otot dan energi. Aktifitas sensorik motorik adalah komponen yang paling besar pada semua umur, tetapi paling dominan pada bayi. Pada bayi akan diperoleh dari stimulasi visual, stimulasi pendengaran, sentuhan dan stimulasi kinetik

 

Fungsi bermain bagi anak :

·        Mengembangkan fungsi sensoris motoris
·        Mengembangkan fungsi kognitif
·        Mengembangkan fungsi sosial
·        Mengembangkan kesadaran diri
·        Mengembangkan moral
·        Mengembangkan kreativitas

Dalam perkembangan kognitif aktivitas bermain bagi anak berfungsi untuk belajar berhubungan dengan lingkungannya , belajar mengenai objek dan bagaimana menggunakannya. Anak belajar berpikir abstrak , dapat meningkatkan kemampuan bahasa dan dapat mengatasi masalah dan menolong anak membandingankan fantasi dan realitas. Bermain juga berfungsi untuk menciptakan dan meningkatkan kreativitas anak. Melalui bermain untuk menjadi kreatif , anak mencoba ide - ide baru dalam bermain. Kalau anak merasa puas dari kreatifitas baru , maka anak akan mencoba pada situasi yang lain.
Dengan bermain akan mengembangkan dan memperluas sosialisasi anak sehingga anak cepat mengatasi persoalan yang akan timbul dalam hubungan sosial. Dengan sosialisasi akan berkembang nilai - nilai moral dan etik. Anak belajar yang benar dan yang salah serta bertanggung jawab atas kehendaknya.
Bermain berfungsi juga sebagai alat untuk memupuk kesadaran diri anak karena dengan bermain anak akan sadar tentang kemampuan, kelemahan dan tingkah lakunya. Perkembanggan moral diperoleh dari guru dan orangtua serta orang sekitarnya. Anak akan menunjukkan tingkah laku yang dapat diterima oleh temannya.
Salah satu bentuk permainan adalah menggunakan simbol - simbol. Penggunaan simbol - simbol ini mulai muncul pada anak umur satu tahun karena anak mulai ikut dalam kegiatan keluarga seperti makan, minum bersama. Pada anak pra sekolah penggunaan simbol ini lebih dominan, karena anak mulai berfantasi dan belajar dari model keluarga, misalnya peran guru, ibu dan perawat.
Menurut H. Hetzer ( Jerman ), macam - macam permainan pada anak dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu : permainan fungsi ( dengan gerakan gerakan tubuh, anggota badan), permainan destruktif , permainan konstruktif ( mobil - mobilan dari tanah, kuda - kudaan dari pelepah pisang,dll ), permainan reseptif ( mis, sambil mendengar cerita atau melihat gambar, anak berfantasi dan menerima kesan - kesan yang membuat jiwanya sendiri aktif), permainan peranan ( anak memegang peranan sebagai apa yang sedang dimainkan, contoh bermain sebagai dokter ), permainan sukses ( yang diutamakan adalah prestasi sehinggga diperlukan keberanian, ketangkasan, kekuatan,dll. Contoh meniti jembatan, meloncati parit, memanjat pohon ). Berikut ini akan diuraikan beberapa hal menentukan jenis permainan sesuai usia anak.

Jenis jenis permainan menurut H Hetzer :

·        Permainan fungsi
·        Permainan konstruktif
·        Permainan reseptif
·        Permainan peranan
·        Permainan sukses
Dalam memilih permainan orang tua harus memperhatikan setiap anak, sehingga anak dapat bertumbuh dan berkembang sesuai dengan usiannya. Disamping itu latar belakang budaya, jenis kelamin, dan status kesehatan serta lingkungannya merupakan hal yang tidak boleh diabaikan dalam menentukan jenis permainan.

Sikap orang tua atau pendidik dalam aktivitas bermain anak :

·        Tidak menggangu anak bila mereka sedang bermain
·        Memberikan kesempatan bermain yang cukup
·        Memberikan ruangan cukup lusuntuk brmain
·        Memberikan kesempatan bermain yang kreatif, untuk mencegah anak bermain yang sifatnya merusak ataupun kriminal.
·        Memberi prmainan yang ideal bagi anak anakadalah permainan yang mudah dibentuk untuk berbagai tujuan
·        Memberikn jenis permainan sesuai dengan usia anak.

2.2. Pembahasan
2.2.1. Permainan pada anak usia tahun kedua , terdiri dari :
a. Permainan Gerak atau Fungsi
            Permainan gerak atau fungsi pada anak usia tahun kedua merupakan kegiatan-kegiatan bermain yang dilakukan anak menggerakkan anggota tubuhnya. Pada masa tahun kedua orang tua dapat melatihnya untuk merespon gerak fungsi anggota tubuh untuk si anak.
            Permainan gerak yang dimaksud ialah permainan yang mengutamakan gerak dan berisi kegembiraan di dalam bergerak. Berbagai macam aktivitas motorik , vocal , dan penginderaan ini digunakan untuk melatih fungsi-fungsi gerak perbuatan. Pada anak-anak mereka merangkak-rangkak , berlari-lari , berkejar-kejaran dan
sebagainya
.  
Permainan gerak adalah suatu kemampuan yang penting di dalam pendidikan kehidupan sehari-hari kita , Permainan gerak fisik yang dilakukan oleh anak usia tahun kedua dapat berfungsi untuk menguasai dan mengontrol kegiatan si anak sehari-hari.Manusia pada kodratnya adalah benda hidup, bukan benda mati. Banda mati dapat bergerak disebabkan apabila ada gaya eksternal yang mempengaruhi benda tersebut. Sedangkan benda hidup dapat bergerak baik karena pengaruh gaya eksternal maupun karena pengaruh gaya internal.
Permainan gerak bagi anak-anak diartikan sebagai sikap perkembangan dan penghalusan aneka ketrampilan gerak yang tentunya berkaitan dengan permainan olahraga. Ketrampilan gerak ini diupayakan untuk dikembangkan dan diperhalus agar anak dapat melakukan dengan benar dengan sesuai tenaga dan sesuai dengan keadaan lingkungan. Apabila gerakan ini sudah matang maka dilanjutkan untuk diterapkan pada suatu permainan, aneka olahraga dan aktivitas jasmani yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Permainan gerak atau fungsi pada anak usia tahun kedua seperti , anak bergerak aktif dalam kehidupan sehari – harinya , anak yang berperilaku aktif juga dapat merangsang kecerdasan otak , karena otak selalu terangsang untuk dipacu mengatur garak-gerik tubuh anak yang aktif. Selalu ingin tahu jika melihat gerak baru yang dilihatnya pada lingkungan sekitar.
b.Permainan Destruktif 
Kata Destruktif ini memiliki arti kegiatan yang bersifat merusak , memusnakan , atau menghancurkan. Atau juga dapat diartikan kegiatan yang dapat mengganggu ketenangan masyarakat. Perilaku destruktif merupakan tingkah laku yang dianggap sebagai tidak cocok. melanggar norma dan adat istiadat.
Permainan Destruktif yang dimaksud ialah bahwa anak bermain dengan merusakkan alat-alat permainannya itu. Seakan-akan ada rahasia di dalam alat
permainannya itu dan ia mencari rahasia itu.
Di dalam permainan memberikan kepada mereka kebebasan untuk menggunakan permainannya itu dengan caranya sendiri misalnya akandibongkar, dipecah, diinjak, dibuang, dan sebagainya. Hal itu merupakansalah satu kiat untuk kreatif karena salah satu hal yang dapat menumpukan
daya kreatif anak adalah larangan orang tua yang tidak mendasar sehingga
anak tidak berani lebih maju atau mengembangkan potensinya.
Adapun beberapa faktor penyebab destruktif yang negative  dalam permainan anak adalah
·        Pendidikan, dukungan yang berlebihan, terlalu memanjakan, dan memuji secara berlebihan merupakan faktor lain yang dapat membuat seorang anak menjadi cenderung melanggar dan melampaui batas.
·        Emosional, berkaitan dengan masalah melanggar dan melampaui batas, faktor emosional sangat berpengaruh dan menjadikan si anak memiliki kepribadian dan perilaku semacam itu, karena mereka pada masa kanak-kanaknya tidak merasakan ketenangan dan kasih sayang, seperti kekurangan kasih sayang akibat hancurya sendi-sendi hidup keluarga serta hidup jauh dari naungan ayah dan ibu.
Perilaku destruktif pada anak sering kali membuat para orang tua bingung , kewalahan , dan frustrasi. Perilaku ini memiliki kecenderungan untuk merusak benda-benda. Contoh permainan anak destruktif seperti banyak benda dan mainan di sekolah yang sering menjadi sasaran untuk dirusaknya. Apakah destruktif selalu karena alasan marah atau luapan emosi? Ternyata tidak.
Perilaku destruktif bisa dilakukan tanpa sengaja atau juga dengan sengaja. Pada kondisi pertama, destruktif yang tidak disengaja, ini biasa terjadi pada anak-anak yang ceroboh, atau anak dengan kelebihan energi. Anak-anak tipe ini biasanya tidak menyadari kelebihan energi mereka. Mereka senang mencoba-coba membongkar sesuatu karena keingintahuan yang besar.Sedangkan pada kondisi kedua, yakni destruktif yang disengaja, ini biasa terjadi pada anak-anak dengan control emosi yang lemah. Mereka gemar melakukan kerusakan di saat marah. Membanting sesuatu, memecahkan gelas dan barang-barang lain.
Orang tua dan guru perlu tanggap untuk segera melakukan pencegahan sejak dini jika anak menunjukkan gejala-gejala seperti ini.Hentikan dengan segera. Jika anak mulai merusak, segera ambil mainan atau barang yang sedang di rusaknya. Beri teguran tegas, dan mintalah ia untuk menjelaskan alasan pengrusakannya. Setelah itu, mintalah anak untuk menenangkan dirinya, bila ia melakukannya sambil marah. Pahami anak dengan cara mencari tahu penyebab tingkah lakunya yang destruktif itu. Beri pujian jika perilaku destruktifnya menurun. Selalu ingatkan anak untuk belajar mengontrol emosinya.
c.Permainan Konstruktif
            Kontruktif memiliki arti membangun , memperbaiki. Permainan kontruktif merupakan kegiatan yang dilakukan oleh anak usia tahun kedua yang bersifat positif. Contoh bermain kontruktif pada anak usia tahun kedua dapat dilihat dari tingkah laku anak yang bersifat membangun segi positif saat bermain. Anak selalu berhati-hati dalam bermain , berperilaku tenang saat bermain dengan teman sebayanya.
            Anak yang bermain secara kontruktif ini , dipengaruhi oleh beberapa factor dari orang tua. Jika sudah bersekolah seperti PAUD , mungkin dipengaruhi oleh guru yang membimbingnya untuk berperilaku baik dan positif. Factor dari lingkungan keluarga yang harmonis dapat menjadi factor yang paling mendukung utuk tumbuh kembang perilaku anak ke arah yang positif.
            Permainan konstruktif pada anak usia tahun kedua , dalam permainan ini yang diutamakan adalah hasilnya. Mereka sibuk membuat mobil-mobilan, rumah-rumahan, boneka dari kain perca,disusun balok-balok, batu-batu dan sebagainya menjadi sesuatu yang baru dan dengan itu si anak menemukan kebahagiaan.
d.Permainan peranan / ilusi
             Permainan peranan / ilusi adalah sebuah permainan yang para pemainnya memainkan peran tokoh-tokoh khayalan dan berkolaborasi untuk merajut sebuah cerita bersama. Para pemain memilih aksi tokok-tokoh mereka berdasarkan karakteristik tokoh yang dipilihnya . Anak itu sendiri yang memegang peranan sebagai apa yang sedangdimainkannya. Pada jenis permainan ini unsur fantasi memegang peranan yang paling menonjol, misalnya: sebuah sapu menjadi kuda tunggangan ,
kursi menjadi sebuah mobil atau kereta api.
Permainan meniru dimasukkan dalam kategori permainan ini misalnya anak main ibu-ibuan,dokter-dokteran, sekolah-sekolahan. Dalam permainan tersebut anak
dengan semangat memasuki ilusi yang dijadikan dunia sungguhan oleh
fantasi anak-anak.
e.Permainan Reseptif
Reseptif adalah kemampuan anak untuk mengenal dan bereaksi terhadap seseorang ataupun terhadap kejadian lingkungan sekitarnya. Mengerti maksud mimik dan nada suara dan akhirnya mengerti kata-kata. Reseptif disini berarti menyimak. Anak pada usia tahun kedua ini sudah mulai menyimak / memperhatikan apapun yang ada di sekitarnya. Pada anak usia tahun kedua sudah mulai memiliki sifat terbuka untuk dan dapat meresapkan kesan-kesan baru.   
Permainan reseptif pada anak usia tahun kedua dapat dilihat dari anak yang mulai dengan sambil mendengarkan cerita atau melihat-lihat buku bergambar anak berfantasi dan menerima kesan-kesan yang membuat jiwanya sendiri menjadi aktif. Cerpen yang mengandung benih-benih budi pekerti , rasa sosial , rasa keadilan sangat baik untuk memangkitkan fantasinya. Jika anak pada usia tahun kedua sudah memiliki sifat mulai merespon lingkungan , dapat diketahui otak anak tersebut sudah aktif berpikir.

f.Permainan Prestasi
            Dalam permainan ini yang diutamakan adalah prestasi. Untuk kegiatan permainan ini sangat di butuhkan keberanian, ketangkasan, kekuatan dan bahkan persaingan. Contoh :  meloncat parit , meniti jembatan, memanjat pohon dan sebagainya. Peran orang tua dalam permainan perstasi Dalam anak usia tahun kedua dengan membimbingnya melakukan permainan yang dilengkapi dengan tantangan dan jika si anak berhasil melakukannya orang tua dapat memberinya pujian atau dengan memberinya hadiah untuk menyemangati anak untuk melakukan permainan yang dibarengi dengan prestasi.
            2.2.2 . Manfaat Bermain
a.      Memupuk Perkembangan Pribadi
Bermain membantu mengembangkan kepribadian anak. Melalui bermain orang tua dapat meningkatkan pengetahuan anak-anak melalui cara belajar yang tepat dan kondusif. Sementara orang tua juga memberi rasa aman dan perhatian sebagai orang yang bertanggung jawab atas pembentukan diri anak baik. Orang tua sebagai pengembang pengetahuan penting juga dalam melindungi anak dari rasa ketergantungan dan juga mencegah dari pengaruh yang negatif. Orang tua juga adalah orang yang memiliki kepekaan yang tinggi pada aspek kognitif dan emosional dari anak. Orang tua dapat menggunakan bermain sebagai sarana diskusi kesehatan dan hal-hal yang ada di sekitar anak. Dengan bermain orang tua dapat membantu anak membangun jati dirinya yang dapat membuat mereka percaya terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Jadi tanggung jawab seorang orang tua adalah menciptakan permainan yang akan menjadi pendukung perkembangan anak yang positif tentang jati diri mereka dan dapat mengembangkan kemandiriannya dari hari ke hari dalam hidupnya. Bermain dapat mengembangkan potensi mereka dalam beberapa hal seperti :
·        Kemampuan untuk membantu dirinya (mengembangkan kemampuan untuk makan dan berpakaian sendiri dan ke toilet, tidur sendiri)
·        Kemandirian (melahirkan kontrol diri sendiri juga lingkungannya)
·        Pribadi yang sehat (mengembangkan fungsi bagian tubuhnya, nutrisi, kesehatan, kebersihan, pencegahan terhadap ketergantungan obat)
·        Keselamatan pribadi (memoelajari perlindungan terhadap anak ketergantungan obat dan keselamatan berlalu lintas, mengembangkan pengetahuan tentang hal-hal yang berbahaya bagi lingkungannya)
b.      Memupuk Perkembangan Kematangan Emosional
Permainan mengembangkan perkembangan dalam diri anak dalam menemukan jati diri mereka, mendukung perkembangan penyesuaian konflik dan mengurangi sifat emosional dan ketakutan. Bermain membawa dampak pada kematangan emosional. Dengan bermain, anak-anak belajar menerima, berekspresi, dan mampu membangun jiwa dan perasaan mereka dalam rambu-rambu yang positif. Lewat permainan memberikan anak kesempatan untuk menjadi diri mereka sendiri dan mengetahui jati diri mereka dan dapat menjalani kehiduapn mereka. Anak-anak mulai memahami diri mereka dalam hubungan dengan sekitarnya lewat pengalaman bermain memudahkan mereka untuk menemukan jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul.Permainan memfasilitasi keutuhan pribadi anak dan memiliki implikasi penting bagi hubungannya dengan sesama.
Seeman (1963) berpendapat bahwa prinsip-prinsip keutuhan jiwa adalah proses seseorang yang mulai mengenal dan memahami dirinya. Hal ini sesuai di dalam proses perkembangan anak. Anak-anak belajar tentang diri mereka dan membuat jarak dengan dirinya (siapa aku). Dan sebagai individu yang unik yang memiliki pikiran dan perasaan untuk mengimajinasikan pengalaman-pengalaman bermain mereka.
Memberi dukungan anak untuk memahami dan menerima emosional diri mereka di mulai dari perkembangan diri yang utuh mampu membina hubungan baik dengan orang lain dan meningkatkan kapasitas mereka untuk menjadi lebih baik (Seeman, 1963), secara spesifik, bermain membawa perkembangan kepada kematangan emosional seperti :
·        Pengetahuan, penerimaan dan pengekspresian emosional (perasaan)(mampu mengidentifikasi beraneka ragam perasaan yang dirasakannya dan mampu mengekspresikan perasaannya kepada orang lain).
·        Meningkatkan kemampuan (mampu beradaftasi, peduli terhadap kesehatan dirinya, konflik yang ada atau perubahan disekitarnya, mampu berfikir secara tenang, dan dapat memecahkan masalah konflik di dalam jiwanya).
·        Kepribadian yang utuh (memahami nilai-nilai umum di masyarakat/norma-norma memiliki kekuasaan/menguasai diri dan memiliki konsep diri yang positif).
·        Mampu membangun nilai-nilai diri (mengembangkan rasa empati, percaya, menghargai dan menghormati orang lain).
c.      Memupuk Perkembangan Anak dalam Bersosialisasi
Bermain menyediakan sarana untuk mengembangkan kehidupan social anak. Saat mereka berbagi dengan anak lain disinilah peran pokok permainan dalam membangun proses sosialisasi anak, memperbesar rasa empati terhadap orang lain, dan mengurangi sifat egois mereka. Permainan membawa anak pada sosialisasi dan perasaan memiliki (rasa kasih sayang). Dengan pengalaman bermain anak-anak belajar bersosialisasi seperti bergiliran dalam sesuatu, bekerjasama, saling berbagi dan saling tolong-menolong.
Dalam situasi bermain anak-anak dibantu untuk menempatkan / memposisikan diri mereka sebagai orang lain , dengan ini diharapkan anak-anak mampu berempati dan peduli terhadap orang lain. Contoh, anak-anak yang mengambil peran sebagai orang yang berada di rumah sakit (permainan seperti dokter-dokteran) mampu mengembangkan pemahaman anak akan empati mereka terhadap orang yang sedang sakit bahwa mereka perlu ditolong dan diobati.
Permainan membawa dampak perkembangan yang baik dan tenang bagi interaksi diantara anak-anak. Anak-anak belajar untuk menjadi penengah dengan pengalaman- pengalaman bermain membantu mereka untuk bernegosiasi, memecahkan masalah dengan baik dan menciptakan suasana yang kondusif. Anak belajar menghormati dan peduli terhadap sesama untuk membina hubungan baik dan kepedulian dalam berinteraksi dengan orang lain. Dengan demikian permainan dapat membantu anak untuk :
·        Mengembangkan sosialisasi mereka di beberapa aspek seperti : Interaksi social (interaksi dengan sesamanya dan orang yang lebih tua darinya, mampu memecahkan masalah).
·        Kerjasama (tolong menolong, saling berbagi dan bergiliran dalam segala hal)
·        Pemeliharaan bakat (menggunakan dan merawat benda dan lingkungan yang sesuai).
·        Menghargai orang lain (mengerti dan menerima perbedaan individu; memahami isu multicultural).
d.      Memungkinkan Perkembangan Komunikasi.
Bermain adalah alat khusus yang sangat berguna untuk mengajarkan keahlian bahasa pada anak. Bermain pura-pura merupakan sarana perkembangan bahasa yang baik dengan menyediakan tempat alami yang kondusif untuk berbagi lebih dulu, dengan emosi dan ide cerita. Anak menggunakan bahasa dalam cara yang kreatif dan bersemangat selama bermain drama social untuk memerankan suatu peran dan mengkomunikasikan, ide dan keinginan.
Bermain peran social melibatkan komunikasi verbal dan interaksi nonverbal dan membantu perkembangan bahasa yang kongruen atau sama yang membolehkan anak untuk memberi dan menerima secara jelas, pesan yang konsisten. Secara spesifik bermain menunjukan perkembangan dari segi komunikasi :
·        Penerimaan bahasa (ikuti petunjuk :pahami konsep dasar)
·        Bahasa ekspresi (mengekspresikan kebutuhan, keinginan, perasaan : penggunaan kata, frasa, kalimat ; berbicara dengan jelas)
·        Komunikasi nonverbal (penggunaan komunikasi yang sama, ekspresi wajah, gerakan tubuh, gerakan tangan)
·        Ingatan yang berhubungan dengan pendengaran atau diskriminasi (memahami bahasa yang dibicarakan : diskriminasi perbedaan bahasa)
e.      Memungkinkan Perkembangan Kognitif
Bermain adalah dasar dari semua fungsi kognitif, yang sangat diperlukan dalam kehidupan seorang anak. Bermain memberikan fungsi kritis dalam perkembangan intelektual anak dan dua proses yang berkaitan yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi melibatkan informasi yang abstrak dari dunia luar dan mencocokan informasi itu ke dalam keberadaan system pengatahuan. Dalam akomodasi, anak mengubah system pengetahuan menunjukan apa yang mereka sudah ketahui.
Bermain mendukung perkembangan memori, pemikiran dan keahlian menyelesaikan masalah dari anak melalui aktivitas belajar berdasarkan pengamatan, penyelidikan dan penjelajahan. Bermain juga memberikan pengalaman, informasi dan keahlian yang membentuk kerangka bagi masa depan. Bermain mempromosikan perkembangan aspek kognitif sebagai berikut :
·        Penyelesaian masalah atau pertimbangan (penggunaan pemikiran berbeda : menganjurkan solusi pada masalah teman sebaya, situasi “bagaimana jika” : menjawab pertanyaan ; menyampaikan kalimat dan cerita logis).
·        Konsep formasi (mengerti hubungan ruang ; mengidentifikasi warna, nomor, dan bentuk)
·        Imitasi atau memori (meniru ; ingatan masa lalu, urutan waktu)
·        Asosiasi atau klasifikasi (tandingan ; sendiri ; kelompok ; menggolongkan; menetapkan hubungan antar objek)
f.       Memungkinkan Perkembangan Keahlian Persepsi
Bermain mendukung kebutuhan anak untuk berinteraksi secara langsung dan melibatkan diri dengan lingkungan fisik. Seperti bayi , yang mulai belajar tentang dunia melalui aksi sensori motor pada objek dalam lingkungan mereka. Gerakan mulai lebih halus ketika perkembangan kontrol meningkat untuk mengatur tubuh.
Tumbuhnya keteampilan motorik merupakan tantangan untuk menciptakan lingkungan bermain yang memberikan sarana untuk keterampilan menggerakan, menyangkut gerakan tubuh melalui ruang, dan keahlian bukan menggerakan, menyangkut keterlibatan tetap yang lebih dengan lingkungan fisik. Peningkatan kegiatan bermain manipulasi yang rumit mendukung perkembangan dari keahlian gerak yang baik menyangkut kordinasi dalam mata-tangan atau mata-kaki. Bermain menunjukan perkembangan keahlian persepsi gerak dibeberapa area :
·        Kordinasi mata-tangan atau mata-kaki (menggambar, menulis, manipulasi objek, visual jejak, melempar, menangkap, menendang)
·        Keahlian menggerakan (menggerakan tubuh melalui ruang;berjalan, melompat, berbaris, meloncat, lari, berlari cepat, berguling, merangkak, merangkak dengan pelan)
·        Keahlian bukan menggerakan (statis; belokan, meraih, membelok, menyilang, meregang, bergantungan, berjongkok, duduk, berdiri)
·        Mengatur dan mengontrol tubuh (menunjukan kewaspadaan tubuh, kewaspadaan ruang, ritme, keseimbangan, kemampuan memulai, berhenti, berganti arah)
 2.2.3. Pentingnya Permainan Untuk Anak Usia Tahun Kedua
Beberapa ahli perkembangan anak setuju bermain yang sangat penting dalam pembelajaran dan perkembangan emosional dari semua anak. Bermain adalah multi-faceted. Meskipun harus menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi anak, seringkali banyak keterampilan bisa dipelajari melalui bermain. Bermain akan membantu perkembangan anak usia dini untuk belajar keterampilan, hubungan sosial, dan perkembangan nilai-nilai etika. Bermain harus selalu dianggap sebagai bagian penting dari anak pada pendidikan awal.
Fungsi bermain membantu anak-anak untuk mengembangkan keterampilan motorik dan praktek. Semacam ini biasanya dilakukan bermain dengan mainan atau benda yang stackable, bisa diisi dengan air atau pasir atau bermain di luar ruangan. Bermain air atau pasir merupakan permainan favorit bagi kalangan anak-anak pra-sekolah dan alat pengajaran berharga. Sekitar 50% dari jenis permainan dapat diberikan pada anak-anak balita. 
Bermain konstruktif ditandai dengan membangun atau menciptakan sesuatu. Mainan yang mendorong jenis ini bermain adalah teka-teki sederhana, bangunan blok, kegiatan kerajinan sederhana, dan boneka. Biasanya 4 atau 5 tahun anak-anak berusia menikmati jenis permainan, dan akan menjadi hal yang menyenangkan di dalam kelas pertama dan kedua pendidikan anak usia dini di Indonesia.
Tangan dan jari-jari merupakan alat terbaik untuk menuangkan seni pertamanya. Segera mereka akan mengelola kuas cat tebal, potongan spons, krayon lilin, dan kapur keren. Hal ini juga disarankan agar menghindari hal yang terburu-buru yang mengintruksikan seorang anak untuk membuat sesuatu yang khusus. Membiarkan mereka melakukan apa yang mereka inginkan dan mendorong pengambilan keputusan individual. Balita juga menikmati bermain adonan karena mereka bisa mendapatkan tangan dan jari untuk menusuk, rolling, dan membentuk. Jenis permainan ini akan mengembangkan kemampuan berpikir, penalaran, pemecahan masalah, dan kreativitas.
Permainan memungkinkan anak-anak untuk mengekspresikan diri mereka dan peristiwa-peristiwa dalam hidup mereka. Biasanya seorang anak akan mengubah diri atau benda bermain dalam seseorang atau sesuatu yang lain. Jenis permaian akan populer dengan anak-anak di TK-TK dan dan cenderung memudar saat mereka memasuki sekolah dasar. Membantu emosi anak dalam bermain, akan membantu proses dalam hidup mereka pada masa perkembangan awal dalam kaitanya dengan keterampilan sosial, belajar nilai-nilai, keterampilan bahasa, dan mengembangkan imajinasi mereka. Karena keterampilan teater penting untuk dikembangkan dengan upaya-upaya untuk mendorong anak-anak agar mudah mengekpresikan dirinya.
Permainan yang memiliki struktur tertentu atau aturan tidak menjadi dominan sampai anak-anak mulai memasuki sekolah dasar. Papan permainan, permainan kartu sederhana, permainan bola atau permainan lompat yang memiliki aturan khusus akan mengajarkan kerjasama anak-anak, saling pengertian, dan berpikir logis.
Taman bermain bisa berubah menjadi pengalaman belajar bagi anak. Meskipun taman bermain tradisional memiliki unsur-unsur tertentu, elemen-elemen ini dapat menimbulkan suatu tidak aman untuk anak Anda, jika peralatan tidak benar-benar diawasi atau dibangun dari bahan yang tidak aman. Untuk menyediakan lingkungan yang aman adalah penting yang memungkinkan aktivitas motorik kasar dilakukan oleh anak-anak, sehingga membutuhkan pertimbangan pada saat pembuatan peralatan bermain.
             2.2.4. Perkembangan Fisik Pada Fase Anak Tahun Kedua (2-5 Tahun)
Tim penulis CRI (1997) menjelaskan bahwa anak usia 2 tahun memiliki kekuatan fisik yang mulai berkembang, tapi rentang konsentrasinya pendek, cenderung berpindah-pindah dari satu kegiatan ke kegiatan lain. Meskipun memiliki rentang konsentrasi yang relatif pendek, mereka menjadi ahli pemecah masalah dan dapat memusatkan perhatian untuk suatu periode yang cukup lama jika topik yang di ajarkan menarik bagi mereka. Permainan mereka bersifat sosial dan sekaligus pararel. Pada usia ini, anak mengembangkan keterampilan motorik kasar dan melakukan gerakan fisik yang sangat aktif. Energi mereka seolah-olah tak ada habisnya.
Pada usia 5 tahun, rentang konsentrasi anak menjadi agak lama. Kemampuan mereka untuk berfikir dan memecahkan masalah juga semakin berkembang. Anak dapat memusatkan diri pada tugas-tugas dan berusaha untuk memenuhi standar mereka sendiri. Secara fisik, pada usia ini fisik anak sangat lentur dan tertarik pada senam dan olahraga yang teratur. Mereka mengembangkan kemampuan motorik yang lebih baik. Kegiatan-kegiatan seperti memakai baju, menggunting, menggambar dan menulis lebih mudah dilakukan secara terperinci.
Perkembangan motorik anak bisa di pantau dengan melakukan suatu tes. Tes yang umum dilakukan untuk memantau perkembangan motorik adalah tes denver. Tes ini membagi perkembangan anak menjadi empat, yaitu perkembangan personal sosial, perkembangan bahasa, serta perkembangan motorik kasar dan motorik halus adaptif. Perkembangan bayi akan di amati sebulan sekali. Sedangkan balita (anak usia ahun kedua) cukup 3 bulan sekali. Tes denver merupakan cheklist untuk mempermudah pemantauan akan perkembangan anak, apakah anak sesuai dengan perkembangan usianya saat itu atau tidak.
  2.2.5. Perkembangan aktivitas pada anak usia tahun kedua
a.      Berjalan Sendiri
Salah satu hal yang paling mendebarkan adalah ketika anak Anda mencoba berjalan. Pada usia dua tahun, ia mulai berjalan tanpa bantuan meskipun dengan jalan yang masih terhuyung. Sebagian besar anak memulai berjalan pada usia sekitar 9 sampai 17 bulan. Rata-rata usia belajar berjalan sekitar 14 bulan. Jadi , jangan hentikan mereka saat itu untuk berjalan.

b.      Berlari
Mereka mulai mengejar sesuatu. Sekitar 6 bulan setelah "uji coba perdana" mereka belajar berjalan, dia akan mencoba berlari mengejar sesuatu yang ia lihat.
c.       Memanjat
Sebagian orang tua segera mengangkat anaknya yang mencoba memanjat peralatan furniture dirumah. Tanpa Anda sadari, ini adalah langkah yang harus Anda perhatikan. Sementara usia anak ketika mulai memanjat sofa, atau mencoba keluar dari baby-box sangat bervariatif. Anda cukup memerhatikan tingkahnya, jika membahayakan segera lindungi dia.
d.       Menendang bola
Menendang bola mungkin terlihat mudah, tapi untuk anak Anda yang baru masuk di tahun keduanya membutuhkan keahlian yang kompleks. Anak Anda membutuhkan koordinasi antara kaki untuk menendang, dan berpikir mengenai sebab akibat dari menendang bola.
Untuk anak yang lebih tua, dapat membuat hubungannya sendiri. Jika ketika ia menendang bola, maka bola tersebut berguling atau memantul, maka ia akan meletakkan mainan kesayangannya untuk kemudian menendangnya. Diam-diam dia akan memerhatikan, apakah mainan yang ditendangnya akan berguling juga?
e.       Mencoret                                                                                                                       
Masih terlalu dini untuk menebak-nebak bahwa anak Anda akan menjadi pelukis atau penulis di masa mendatang melalui coretan pertamanya, namuan jadikan coreta-coretan "kusut"nya berharga bagi Anda. Selama tahun kedua, anak meningkatkan kontrolnya terhadap otot-otot kecil di lengan dan jari mereka. Hal ini akan membantu anak Anda mencoret-coret dengan krayon atau makan dengan sendoknya.
f.        Bermain Meyakinkan
Diantara usia 18-24 bulan, perubahan pada jaringan otaknya mengarah pada hal penting seiring pertumbuhan si kecil. Mungkin kadang Anda menemukan anak Anda sedang menyuapi boneka mainannya, atau berbicara dengan handphone mainannya.
g.      Cuap-cuap
Mengoceh bisa jadi salah satu bentuk pilihan bahasa anak Anda, tapi Anda bisa mendengar beberapa kata "sungguhan" ketika ia mulai beranjak 15-18 bulan. Diantara usia 18-24 bulan, perkembangan kosakata anak Anda mulai terlihat, seperti "tidak" atau "ini apa?". Dan pada usia 2 tahun, Anda mungkin akan mendengar beberapa kalimat pendek.
h.       Bermain dengan teman
Biarkan ia berinteraksi. Pada akhir tahun kedua, anak Anda akan menunjukkan ketertarikannya akan lingkungan sekitar.




















BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Perkembangan adalah suatu perubahan yang bersifat kualitatif, artinya,perubahan ini tidak dapat diukur dengan inci, centimeter, gram atau kilogram.Perkembangan individu merupakan suatu proses yang dinamis dan menuju kesuatu progres, tidak dapat diulang dan bersifat kekal. Bermain adalah tindakan atau kesibukan suka rela yang dilakukan dalam batas - batas tempat dan waktu, berdasarkan atuan - aturan yang mengikat tetapi diakui secara sukarela dengan tujuan yang ada dalam dirinya sendiri, disertai dengan perasaan tegang dan senang serta dengan pengertian bahwa bermain merupakan suatu yang lain dari biasa.
Perkembangan permainan pada anak usia tahun kedua terdiri dari permainan gerak atau fungsi , permainan destruktif , permainan kontruktif , permainan peranan / ilusi , permainan resptif (ceritera) , dan permainan prestasi.
3.2. Saran
            Sebagai seorang calon pendidik dalam lingkungan sekolah maupun lingkungan keluarga , kita harus memahami perkembangan – perkembangan yang terjadi pada peserta didik. Kita juga tidak hanya memahaminya , kita dapat mengrahkan perkembangan – perkembangan yang terjadi ke arah yang baik.

  



DAFTAR PUSTAKA

·        M. Dimyati Mahmud, Psikologi Pendidikan (Cet. I; Yogyakarta: BPFE, 1990), h. 1.
·        Singgih D. Gunarsa, Pengantar Psikologi (Jakarta: Mutiara, t.th.), h. 9.
·        Alex Sobur, Anak Masa Depan (Cet. II; Bandung: Angkasa, 1991), h. 247.
·        Kartini Kartono, Peranan Keluarga Memandu Anak (Cet. I; Jakarta: CV. Rajawali, 19850, h. 12.
·        Henry N. Siahaan, Peranan Ibu Bapak Mendidik Anak (Cet. I; Bandung: Angkasa, 1986), h. 87.
·        Disadur dari R.I. Suhertin Citrobroto, Cara Mendidik Anak Dalam Keluarga Masa Kini (Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1986), h. 265.











Categories:

Leave a Reply