BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Perkembangan merupakan perubahan yang terjadi pada
individu ataupun orgenisme lainnya yang bersifat kualitatif. Artinya
perkembangan pada diri individu ataupun organisme lainnya tidak dapat dihitung
, hanya dapat di amati. Perkembangan terjadi pada individu terjadi mulai dari
masa prenatal hingga masa lansia.
Perkembangan terjadi pada
biologis maupun psikologis.
Perkembangan pada anak terjadi mulai dari perkembangan
motorik , pekembangan bahasa , perkembangan permainan , perkembangan social ,
dan pekembangan psikoseksual. Dalam makalah ini , tim penyusun akan membahas
pekembangan permainan. Perkembangan permainan pada anak masa usia tahun kedua
merupakan salah satu makanan rohaninya. Karena pada masa itu , anak bila dalam
permainan akan mengalami bahagia tersendiri di dalam batinnya.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan masalah tersebut , maka penulis
menggunakan rumusan masalah sebagai berikut :
a.
Apa
arti perkembangan dan pekembangan permainan ?
b.
Apa
saja perkembangan permainan pada anak usia tahun kedua?
1.3
Tujuan
Penulisan
Dari rumusan masalah tersebut , maka tim penyusun
menetapkan tujuan penulisan sebagai berikut :
a.
Mengetahui
arti perkembangan dan perkembangan permainan.
b.
Mengetahui
macam dari perkembangan permainan pada anak usia tahun kedua.
1.4. Batasan Masalah
Dalam
batasan masalah ini , kami akan membatasi masalah tentang mempelajari perkembangan permainan pada anak usia tahun kedua.
1.5.
Hipotesa
Pekembangan merupakan perubahan pada diri individu
ataupun organisme yang bersifan kulitatif atau perubahan yang tidak dapat
dihitung. Perkembangan permainan merupakan
perubahan yang terjadi di dalam aktivitas permainan pada anak mulai fase
natal hingga dewasa.
Perkembangan permainan anak pada usia tahun kedua
terdiri dari permainan gerak atau fungsi
, permainan destruktif , permainan kontruktif , permainan peranan atau ilusi ,
permainan reseptif (ceritera) , dan permainan prestasi.
1.6. Metode Penulisan
Dalam
penulisan makalah ini , tim penyusun memakai metode penulisan , yaitu:
a.
Study
Pustaka
Study pustaka adalah suatu system pengumpulan data
dengan cara membacaa buku-buku literature dan artikel yang ada di perpustakaan
maupun di internet.
b.
Observasi
Observasi adalah suatu system pengumpulan data dengan
cara teknit pengamatan langsung atau tidak lagsung terhadap objek.
1.7. Manfaat Penulisan
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak
, khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan wawasan.Manfaat
lain dari penulisan makalah ini adalah dengan adanya penulisan makalah ini
diharapkan dapat dijadikan acuan didalam mengikuti mata kuliah perkembangan
peserta didik.
BAB II
KAJIAN TEORI dan PEMBAHASAN
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Pengertian perkembangan
Perkembangan
adalah suatu perubahan yang bersifat kualitatif ,
artinya perubahan ini tidak dapat diukur
dengan inci ,
centimeter ,
gram atau kilogram. Perkembangan
individu merupakan suatu proses yang dinamis dan menuju kesuatu progres , tidak dapat diulang dan bersifat
kekal. Perkembangan lebih menekankan
pada segi fungsional yang kualitatif. Fungsi kepribadian manusiaberhubungan
dengan aspek jasmaniah seperti fungsi motorik pada bagian tubuh, fungsi sensoris pada
alat-alat indra ,
fungsi neurotik pada system saraf
,
fungsi seksual pada bagian-bagian tubuh yang erotis , fungsi pernafasan pada alat pernafasan , fungsi peredaran darah pada
jantung dan urat-urat nadi ,
fungsi pencernaan makanan pada alat
pencernaan makanan ,
dan aspek kejiwaan yang berhubungan
dengan fungsi perhatian ,
fungsi pengamatan ,
fungsi tanggapan , fungsi
ingatan , fungsi fantasi , fungsi pikiran , fungsi perasaan serta fungsi kemauan.
Perkembangan
tersebut bisa disebabkan oleh adanya pertumbuhan dan
belajar. Psikomotorik adalah berhubungan
atau mengarah kepada akibat-akibatmotor dari proses mental (kerja otak). Kemampuan motorik berasal dari bahasa Inggris yaitu motor ability , dalam Filosofi Pembelajaran dan
Masa Depan Teori Pendidikan Jasmani
Kephart , mendefinisikan bahwa motor adalah gerak dari dorongan dalam
(internal) yang diarahkan kepada beberapa
maksud
lahiriah (external) dengan ujud ketrampilan rendah Perkembangan keterampilan
motorik (motor skill) ini merupakan
keterampilan
yang dimiliki seseorang untuk mampu melakukan suatu rangkaian gerakan jasmaniah dalam
urutan tertentu ,
dengan mengadakan koordinasi
antara gerak berbagai anggota badan secara terpadu.
Keterampilan semacam ini melibatkan kekuatan otot , urat syaraf , dan persendian manusia. Ciri khas dari keterampilan motorik
adalah otomatisme ,
yaitu rangkaian gerak-gerik yang
berlangsung secara teratur dan berjalan lancar tanpa dibutuhkan banyak refleksi
atau berfikir terhadap apa yang harus
dilakukan
dan mengapa harus mengikuti suatu gerakan.
Keterampilan
motorik memegang peranan yang sangat penting dalamkehidupan manusia , seorang anak yang memiliki
keterampilan motorik sempurna , ia mampu merawat dirinya sendiri
dan bergerak secara efektif dan efisien , misalnya seorang anak kecil yang
belajar berjalan tegak ,
menaiki tangga , memegang dan mengambil benda dan
sebagainya.
Berkembangnya kemampuan motorik tersebut
didapatkan dari hasil belajar dan latihan.
Dengan
belajar dan latihan tersebut akan membuat fungsi otot dan persendian menjadi lebih kuat. Dari penjelasan diatas dapat
diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan perkembangan psikomotorik adalah perkembangankepribadian manusia yang
berhubungan dengan gerakan jasmaniah dan fungs iotot
akibat adanya dorongan dari pemikiran
,
perasaan dan kemauan dari dalam
diri seseorang.
2.1.2. Pengertian Perkembangan Permaianan
Perkembangan
permainan merupakan perubahan ke arah kemajuan yang terjadi pada kegiatan
permainan pada individu. Pada masa anak tahun kedua terdapat perkembangan
permainan. Perkembangan pada anak tahun kedua merupakan satunya makanan
rohaninya. Maksudnya pada masa anak kedua , permainan bagi mereka kegiatannya
yang paling membuat dalam dirinya merasa bahagia.
Bermain
adalah tindakan atau kesibukan suka rela yang dilakukan dalam batas - batas
tempat dan waktu ,
berdasarkan atuan - aturan yang mengikat tetapi diakui secara sukarela dengan
tujuan yang ada dalam dirinya sendiri
,
disertai dengan perasaan tegang dan senang serta dengan pengertian bahwa
bermain merupakan suatu yang lain dari biasa.
Perkembangan permainan pada anak usia tahun kedua
terdiri dari permainan gerak atau fungsi , permainan destruktif , permainan
kontruktif , permainan peranan / ilusi , permainan resptif (ceritera) ,
permainan prestasi.
Dunia anak adalah dunia bermain. Bagi anak-anak kegiatan bermain selalu
menyenangkan. Melalui kegiatan bermain ini, anak bisa mencapai perkembangan
fisik, intelektual, emosi dan sosial. Perkembangan secara fisik dapat dilihat
saat bermain. Perkembangan intelektual bisa dilihat dari kemampuannya
menggunakan atau memanfaatkan lingkungannya. Perkembangan emosi dapat dilihat
ketika anak merasa senang, tidak senang , marah , menang dan kalah.
Perkembangan sosial bisa dilihat dari hubungannya dengan teman sebaya ,
menolong dan memperhatikan kepentingan orang lain.
Tidak ubahnya perilaku anak hewan
liar yang bermain berlari-larian, mengejar, menerkam dan menggigit. Melalui
pengalamannya bermain ini, anak hewan liar sebenarnya sedang belajar
meningkatkan keterampilannya yang akan digunakannya kelak untuk mempertahankan
hidupnya. Demikian pula dengan anak-anak, dimana bermain adalah pengalaman
mereka yang harus dilalui. Melalui permainan ini sebenarnya mereka sedang
menciptakan pengalaman, yang tidak perlu harus merepotkan dengan melarangnya
untuk tidak bermain ini atau bermain itu. Biarkan mereka melakukan aktivitas
sendiri yang menyenangkan itu tanpa harus terganggu oleh batasan-batasan yang
kita ciptakan. Bila ini terjadi , anak akan mempunyai sifat penakut dan
bersikap ragu-ragu.
Menurut beberapa pengertian ,
aktivitas bermain tidak sama dengan aktivitas lainnya seperti belajar , mandi ,
makan dan tidur. Namun dalam bermain sebenarnya anak sedang belajar. Ciri-ciri
yang membedakan itu antara lain :
ü Aktivitas
bermain bisa menimbulkan efek yang menyenangkan dan gembira.
ü Aktivitas
bermain bisa dilakukan secara spontanitas dan suka rela serta tidak ada unsur
paksaan.
ü Dalam
bermain ada aturan yang diciptakan oleh pemainnya sendiri dan sifatnya
insidentil.
ü Dalam
bermain anak bisa termotivasi untuk menyenangi permainan.
Keempat ciri di atas itulah yang
membedakan aktivitas bermain dengan aktivitas lainnnya. Namun demikian dalam
melakukan aktivitas bermain hendaknya harus mengandung unsure-unsur pelajaran.
Ini di lakukan agar anak dapat meningkatkan kemampuan ketrampilan , kecerdasan ,
emosi , dan sosial secara optimal.
Bermain tidak lepas dari gerak
sehingga gerak adalah kehidupan dan apabila gerak tersebut berhenti maka
kehidupannya pun akan berakhir. Dengan demikian sejalan dengan pendidikan
jasmani di Sekolah Dasar, yang dimana dijelaskan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi
(2004 : 6) sebagai berikut :
·
Mengembangkan sikap sportif, jujur,
disiplin, bertanggung jawab, kerja sama, percaya diri dan demokratis melalui
akivitas jasmani.
·
Mengembangkan kemampuan gerak dan
ketrampilan berbagai macam permainan dan olahraga.
·
Mengembangkan ketrampilan
pengelolaan diri dalam upaya mengembangkan dan pemeliharaan kebugaran jasmani
serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani.
Unsur-unsur
dalam permainan yaitu :
·
Mempunyai tujuan yaitu permainan itu
sendiri untuk mendapat kepuasan.
·
Memilih dengan bebas dan tas kehendak
sendiri , tidak ada yang menyuruh
ataupun memaksa.
·
Menyenangkan dan dapat menikmati.
·
Mengkhayal untuk mengembangkan daya
imaginatif dan kreativitas.
·
Melakukan secara aktif dan sadar.
Dengan bermain anak memenuhi
kepuasan fisik , emosi , sosial dan perkembangan mental. Sehingga anak dapat
mengekspresikan perasaannya baik itu perasaan kekuatan , kesepian , fantasi
ataupun menunjukkan kreatifitasnnya.
2.1.3. Teori-teori tentang
Perkembangan Permainan
a. Teori Rekreasi
Dikemukakan
oleh Schaller
( 1841 ) dan Lazarus
( 1884 ).
Teori
rekreasi menyebutkan bahwa “permainan adalah suatu kesibukan untuk menenangkan
pikiran atau untuk beristirahat.” Contoh : kesibukan bermain akan dilakukan
orang ketika dia lelah bekerja ,
maka bermain untuk memulihkan tenaga kembali atau menyegarkan tubuh yang sedang
mengalami kelelahan.
b.Teori Kelebihan Tenaga
Dikemukakan oleh Herbert Spencer
Teori
ini juga disebut teori pelepasan atau teori pemunggahan. Teori ini mengatakan
bahwa kegiatan bermain pada anak karena adanya kelebihan tenaga pada diri anak.
Tenaga atau energi yang menumpuk pada anak perlu digunakan atau dilepaskan
dalam bentuk kegiatan bermain. Dengan demikian akanterjadi keseimbangan diri
anak.
c.Teori Atavistis
Dikemukakan oleh Stanley Hall.
Teori
ini menyebutkan bahwa didalam bermain akan timbul bentuk - bentuk perilaku
sebagaimana bentuk kehidupan yang pernah dialami nenek moyang. Hal hal yang
memperkuat teori ini adalah ciri - ciri yang sama dalam bermain pada anak -
anak diseluruh dunia. Contoh : permainan berburu, menangkap dan membunuh
binatang, bermain kelereng pasa anak - anak zaman yunani kuno sama dengan
permainan kelereng pada anak - anak masa kini. Pada masa sekarang ini sudah
dapat dikatakan bahwa teori tersebut tidak berlaku lagi karena anak - anak
lebih suka bermain mobil - mobilan, kereta - keretaan, kapal terbang yang
semuanya tidak dijumpai pada zaman nenek moyang.
d.Teori Biologis
Dikemukakan oleh Karl Gross ( jerman ) dan Dr. Maria Montessori ( Italia ).
Teori
ini mengatakan bahwa permainan mempunyai tugas - tugas biologis untuk melatih
bermacam - macam fungsi jasmani dan rohani. Saat anak bermain merupakan
kesempatan yang baik untuk melakukan adaptasi dengan lingkungan hidup ataupun hidup
itu sendiri, serta dapat melatih jiwa dan raga untuk menghadapi kehidupan yang
akan datang. Dalam teori biologis ini dapat dikatakan adanya kemiripan antara
permainan yang dilakukan oleh anak manusia dengan anak binatang. Contoh :
seekor anak kucing yang bermain main mengejar sepotong kertas, tidak lain
adalah suatu latihan agar anak kucing tersebut dapat menangkap seekor tikus.
Anak manusia bermain dengan meremas - remas kertas tidak lain sedang melatih
untuk memfungsikan jari - jarinya..
Dalam
hal ini montessori mengatakan bahwa permainan sebagai latihan fungsi fungsi
tubuh. Fungsi tubuh dilatih dengan jalan, berlari - lari, meloncat -
loncat,merangkak rangkak dan sebagainya. Dalam bermain hendaknya disertai
adanya perasaan senang, karena dengan perasaan senang ini akan dapat membantu
dan mendorong untuk menimbulkan kekuatan yang dibutuhkan.
e.Teori Psikologi Dalam
Dikemukakan oleh Sigmud Freud dan Adler
Menurut
Freud
permainan adalah pernyataan nafsu - nafsu yang terdapat di daerah bawah sadar
dan sumbernya berasal dari dorongan nafsu seksual. Atau dengan kata lain,
permainan adalah bentuk pemuasan dari nafsu seksual yang terdapat didaerah
bawah sadar.
Menurut
Adler
permainan merupakan usaha untuk mnutupi perasaan harga diri yang kurang.
Menurut Adler
nafsu yang terdapat didaerah bawah sadar bersumber dari adanya dorongan nafsu
untuk berkuasa. Jadi pada manusia ada 2 dorongan nafsu yang terpenting yaitu
nafsu seksual dan nafsu untuk berkuasa.
Dari
uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dengan permainan dapat memberikan
kompensasi terhadap perasan diri lebih yang fiktif dan dapat menyalurkan
perasaan yang lemah atau rendah diri. Disamping itu dorongan seksual yang ada
pada daerah bawah sadar akan menemukan pemuasan simbolis dalam bentuk bernmacam
macam permainan. Dalam bermain ada 2 faktor yang penting yaitu fantasi dan
kebebasan.
f.Teori Fenomenologi
Dikemukakan oleh Kohnstam ( Belanda
)
Bermain
merupakan suatu fenomena atau gejala yang nyata, yang mengandung unsur suasana
permainan maksudnya bahwa dorongan bermain merupakan dorongan untuk menghayati
suasana bermain itu sendiri, tidak khusus bertujuan untuk mencapai prestasi -
prestasi tertentu. Jadi tujuan bermain adalah permainan itu sendiri. Dalam
suasana permainan terdapat faktor - faktor kebebasan, harapan, kegembiraan,
ikhtisar, siasat dll.
Arti dan nilai permainan
bagi anak :
·
Sarana sosialisasi
·
Sarana mengukur kemampuan dan potensi
diri
·
Sarana menunjukkan bakat, fantasi dan
kecenderungan.
·
Sarana menghayati emosi
·
Permainan merupakan alat pendidikan
·
Permainan memberikan kesempatan mengenal
latihan
·
Sarana menggunakan fuingsikejiwaan dan
jasmaniah.
Permainan
dan bermain mempunyai arti dan nilai tersendiri bagi anak. Permainan mempunyai
arti sebagai sarana mensosialisasikan anak
,
artinya permainan dipergunakan untuk sarana membawa anak ke alam masyarakat , mengenalkan anak menjadi anggota
suatu masyarakat ,
mengenal dan menghargai masyarakat manusia. Permainan sebagai sarana untuk
mengukur kemampuan dan potensi diri anak. Anak akan menguasai berbagai macam
benda , memahami sifat sifatnya maupun
peristiwa yang berlangsung didalam lingkungannya.
Dalam
situasi bermain , anak akan menunjukkan bakat , fantasi dan kecenderungan
kecenderungannya. Ditengah - tengah situasi bermain , anak menghayati macam macam emosi
misalnya gembira ,
senang , tegang dan lain - lain. Permainan
merupakan alat pendidikan ,
karena memberi rasa kepuasan ,
kegembiraan dan kebahagiaan. Permainan memberikan kesempatan pra latihan untuk
mengenal aturan – aturan ,
mematuhi norma - norma dan larangan - larangan dan bertindak secara jujur
maupun setia ( loyal ). Dalam permainan
,
anak menggunakan semua fungsi kejiwaan dan jasmaniah dengan suasana
kesungguhan.
Permainan
dan bermain bagi anak mempunyai beberapa fungsi dalam proses tumbuh kembangnya.
Fungsi bermain terhadap sensoris motoris anak penting untuk mengembangkan otot
dan energi. Aktifitas sensorik motorik adalah komponen yang paling besar pada
semua umur, tetapi paling dominan pada bayi. Pada bayi akan diperoleh dari stimulasi
visual, stimulasi pendengaran, sentuhan dan stimulasi kinetik
Fungsi bermain bagi anak :
·
Mengembangkan fungsi sensoris motoris
·
Mengembangkan fungsi kognitif
·
Mengembangkan fungsi sosial
·
Mengembangkan kesadaran diri
·
Mengembangkan moral
·
Mengembangkan kreativitas
Dalam
perkembangan kognitif aktivitas bermain bagi anak berfungsi untuk belajar
berhubungan dengan lingkungannya
,
belajar mengenai objek dan bagaimana menggunakannya. Anak belajar berpikir
abstrak , dapat meningkatkan kemampuan
bahasa dan dapat mengatasi masalah dan menolong anak membandingankan fantasi
dan realitas. Bermain juga berfungsi untuk menciptakan dan meningkatkan
kreativitas anak. Melalui bermain untuk menjadi kreatif , anak mencoba ide - ide baru dalam
bermain. Kalau anak merasa puas dari kreatifitas baru , maka anak akan mencoba pada situasi yang lain.
Dengan
bermain akan mengembangkan dan memperluas sosialisasi anak sehingga anak cepat
mengatasi persoalan yang akan timbul dalam hubungan sosial. Dengan sosialisasi
akan berkembang nilai - nilai moral dan etik. Anak belajar yang benar dan yang
salah serta bertanggung jawab atas kehendaknya.
Bermain
berfungsi juga sebagai alat untuk memupuk kesadaran diri anak karena dengan
bermain anak akan sadar tentang kemampuan, kelemahan dan tingkah lakunya.
Perkembanggan moral diperoleh dari guru dan orangtua serta orang sekitarnya.
Anak akan menunjukkan tingkah laku yang dapat diterima oleh temannya.
Salah
satu bentuk permainan adalah menggunakan simbol - simbol. Penggunaan simbol -
simbol ini mulai muncul pada anak umur satu tahun karena anak mulai ikut dalam
kegiatan keluarga seperti makan, minum bersama. Pada anak pra sekolah
penggunaan simbol ini lebih dominan, karena anak mulai berfantasi dan belajar
dari model keluarga, misalnya peran guru, ibu dan perawat.
Menurut
H. Hetzer ( Jerman ), macam - macam permainan pada anak dapat dibedakan menjadi
lima macam, yaitu : permainan fungsi ( dengan gerakan gerakan tubuh, anggota
badan), permainan
destruktif , permainan konstruktif ( mobil - mobilan dari tanah,
kuda - kudaan dari pelepah pisang,dll ), permainan reseptif ( mis, sambil
mendengar cerita atau melihat gambar, anak berfantasi dan menerima kesan -
kesan yang membuat jiwanya sendiri aktif), permainan peranan ( anak memegang
peranan sebagai apa yang sedang dimainkan, contoh bermain sebagai dokter ),
permainan sukses ( yang diutamakan adalah prestasi sehinggga diperlukan
keberanian, ketangkasan, kekuatan,dll. Contoh meniti jembatan, meloncati parit,
memanjat pohon ). Berikut ini akan diuraikan beberapa hal menentukan jenis
permainan sesuai usia anak.
Jenis jenis permainan
menurut H Hetzer :
·
Permainan fungsi
·
Permainan konstruktif
·
Permainan reseptif
·
Permainan peranan
·
Permainan sukses
Dalam
memilih permainan orang tua harus memperhatikan setiap anak, sehingga anak
dapat bertumbuh dan berkembang sesuai dengan usiannya. Disamping itu latar
belakang budaya, jenis kelamin, dan status kesehatan serta lingkungannya
merupakan hal yang tidak boleh diabaikan dalam menentukan jenis permainan.
Sikap orang tua atau
pendidik dalam aktivitas bermain anak :
·
Tidak menggangu anak bila mereka sedang
bermain
·
Memberikan kesempatan bermain yang cukup
·
Memberikan ruangan cukup lusuntuk brmain
·
Memberikan kesempatan bermain yang
kreatif, untuk mencegah anak bermain yang sifatnya merusak ataupun kriminal.
·
Memberi prmainan yang ideal bagi anak
anakadalah permainan yang mudah dibentuk untuk berbagai tujuan
·
Memberikn jenis permainan sesuai dengan
usia anak.
2.2. Pembahasan
2.2.1. Permainan pada anak usia tahun kedua , terdiri
dari :
a. Permainan Gerak atau Fungsi
Permainan
gerak atau fungsi pada anak usia tahun kedua merupakan kegiatan-kegiatan
bermain yang dilakukan anak menggerakkan anggota tubuhnya. Pada masa tahun
kedua orang tua dapat melatihnya untuk merespon gerak fungsi anggota tubuh
untuk si anak.
Permainan
gerak yang
dimaksud ialah permainan yang mengutamakan gerak dan berisi kegembiraan di dalam
bergerak. Berbagai
macam aktivitas
motorik , vocal , dan penginderaan ini digunakan untuk melatih
fungsi-fungsi gerak perbuatan. Pada anak-anak mereka
merangkak-rangkak ,
berlari-lari ,
berkejar-kejaran dan
sebagainya.
sebagainya.
Permainan gerak adalah suatu
kemampuan yang penting di dalam pendidikan kehidupan sehari-hari kita , Permainan gerak fisik yang dilakukan oleh anak usia tahun kedua dapat berfungsi
untuk menguasai dan mengontrol kegiatan si anak sehari-hari.Manusia
pada kodratnya adalah benda hidup, bukan benda mati. Banda mati dapat bergerak
disebabkan apabila ada gaya eksternal yang mempengaruhi benda tersebut. Sedangkan
benda hidup dapat bergerak baik karena pengaruh gaya eksternal maupun karena
pengaruh
gaya internal.
Permainan gerak bagi anak-anak diartikan
sebagai sikap perkembangan dan penghalusan aneka ketrampilan gerak yang
tentunya berkaitan dengan permainan olahraga. Ketrampilan gerak ini diupayakan
untuk dikembangkan dan diperhalus agar anak dapat melakukan dengan benar dengan
sesuai tenaga dan sesuai dengan keadaan lingkungan. Apabila gerakan ini sudah
matang maka dilanjutkan untuk diterapkan pada suatu permainan, aneka olahraga
dan aktivitas jasmani yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Permainan
gerak atau fungsi pada anak usia tahun kedua seperti , anak bergerak aktif
dalam kehidupan sehari – harinya , anak yang berperilaku aktif juga dapat
merangsang kecerdasan otak , karena otak selalu terangsang untuk dipacu
mengatur garak-gerik tubuh anak yang aktif. Selalu ingin tahu jika melihat
gerak baru yang dilihatnya pada lingkungan sekitar.
b.Permainan
Destruktif
Kata
Destruktif ini memiliki arti kegiatan yang bersifat merusak , memusnakan , atau
menghancurkan. Atau juga dapat diartikan kegiatan yang dapat mengganggu
ketenangan masyarakat. Perilaku
destruktif merupakan tingkah laku yang dianggap sebagai tidak cocok. melanggar
norma dan adat istiadat.
Permainan Destruktif yang dimaksud
ialah bahwa anak bermain dengan merusakkan
alat-alat
permainannya itu. Seakan-akan ada rahasia di dalam alat
permainannya itu dan ia mencari rahasia itu. Di dalam permainan memberikan kepada mereka kebebasan untuk menggunakan permainannya itu dengan caranya sendiri misalnya akandibongkar, dipecah, diinjak, dibuang, dan sebagainya. Hal itu merupakansalah satu kiat untuk kreatif karena salah satu hal yang dapat menumpukan
daya kreatif anak adalah larangan orang tua yang tidak mendasar sehingga
anak tidak berani lebih maju atau mengembangkan potensinya.
permainannya itu dan ia mencari rahasia itu. Di dalam permainan memberikan kepada mereka kebebasan untuk menggunakan permainannya itu dengan caranya sendiri misalnya akandibongkar, dipecah, diinjak, dibuang, dan sebagainya. Hal itu merupakansalah satu kiat untuk kreatif karena salah satu hal yang dapat menumpukan
daya kreatif anak adalah larangan orang tua yang tidak mendasar sehingga
anak tidak berani lebih maju atau mengembangkan potensinya.
Adapun beberapa faktor penyebab destruktif yang
negative dalam permainan anak adalah
·
Pendidikan, dukungan yang
berlebihan, terlalu memanjakan, dan memuji secara berlebihan merupakan faktor
lain yang dapat membuat seorang anak menjadi cenderung melanggar dan melampaui
batas.
·
Emosional, berkaitan dengan masalah
melanggar dan melampaui batas, faktor emosional sangat berpengaruh dan
menjadikan si anak memiliki kepribadian dan perilaku semacam itu, karena mereka
pada masa kanak-kanaknya tidak merasakan ketenangan dan kasih sayang, seperti
kekurangan kasih sayang akibat hancurya sendi-sendi hidup keluarga serta hidup
jauh dari naungan ayah dan ibu.
Perilaku destruktif pada anak sering
kali membuat para orang tua bingung , kewalahan , dan frustrasi. Perilaku ini memiliki kecenderungan untuk merusak
benda-benda. Contoh permainan anak destruktif seperti banyak benda dan mainan di sekolah
yang sering menjadi sasaran untuk dirusaknya. Apakah destruktif selalu karena alasan marah atau luapan
emosi? Ternyata tidak.
Perilaku destruktif bisa dilakukan
tanpa sengaja atau juga dengan sengaja. Pada kondisi pertama, destruktif yang tidak disengaja, ini
biasa terjadi pada anak-anak yang ceroboh, atau anak dengan kelebihan energi.
Anak-anak tipe ini biasanya tidak menyadari kelebihan energi mereka. Mereka
senang mencoba-coba membongkar sesuatu karena keingintahuan yang
besar.Sedangkan pada kondisi kedua, yakni destruktif yang disengaja, ini biasa
terjadi pada anak-anak dengan control emosi yang lemah. Mereka gemar melakukan
kerusakan di saat marah. Membanting sesuatu, memecahkan gelas dan barang-barang
lain.
Orang tua dan guru perlu tanggap untuk segera melakukan
pencegahan sejak dini jika anak menunjukkan gejala-gejala seperti ini.Hentikan
dengan segera. Jika anak mulai merusak, segera ambil mainan atau
barang yang sedang di rusaknya. Beri teguran tegas, dan mintalah ia untuk
menjelaskan alasan pengrusakannya. Setelah itu, mintalah anak untuk menenangkan
dirinya, bila ia melakukannya sambil marah. Pahami anak dengan cara mencari
tahu penyebab tingkah lakunya yang destruktif itu. Beri pujian jika perilaku
destruktifnya menurun. Selalu ingatkan anak untuk belajar mengontrol emosinya.
c.Permainan
Konstruktif
Kontruktif memiliki arti membangun ,
memperbaiki. Permainan kontruktif merupakan kegiatan yang dilakukan oleh anak
usia tahun kedua yang bersifat positif. Contoh bermain kontruktif pada anak
usia tahun kedua dapat dilihat dari tingkah laku anak yang bersifat membangun
segi positif saat bermain. Anak selalu berhati-hati dalam bermain , berperilaku
tenang saat bermain dengan teman sebayanya.
Anak yang bermain secara kontruktif
ini , dipengaruhi oleh beberapa factor dari orang tua. Jika sudah bersekolah
seperti PAUD , mungkin dipengaruhi oleh guru yang membimbingnya untuk
berperilaku baik dan positif. Factor dari lingkungan keluarga yang harmonis
dapat menjadi factor yang paling mendukung utuk tumbuh kembang perilaku anak ke
arah yang positif.
Permainan konstruktif pada anak usia tahun kedua ,
dalam
permainan ini yang diutamakan adalah hasilnya. Mereka sibuk membuat mobil-mobilan,
rumah-rumahan, boneka dari kain perca,disusun balok-balok, batu-batu dan sebagainya
menjadi sesuatu yang baru dan
dengan itu si anak menemukan kebahagiaan.
d.Permainan
peranan / ilusi
Permainan peranan / ilusi adalah sebuah
permainan
yang para pemainnya memainkan peran tokoh-tokoh khayalan dan berkolaborasi
untuk merajut sebuah cerita bersama. Para pemain memilih aksi tokok-tokoh
mereka berdasarkan karakteristik tokoh yang dipilihnya . Anak itu sendiri yang memegang
peranan sebagai apa yang sedangdimainkannya. Pada jenis permainan ini unsur
fantasi memegang peranan yang paling menonjol, misalnya: sebuah sapu menjadi kuda tunggangan ,
kursi menjadi sebuah mobil atau kereta api.
kursi menjadi sebuah mobil atau kereta api.
Permainan meniru dimasukkan dalam
kategori permainan ini misalnya anak main ibu-ibuan,dokter-dokteran,
sekolah-sekolahan. Dalam permainan tersebut anak
dengan semangat memasuki ilusi yang dijadikan dunia sungguhan oleh
fantasi anak-anak.
dengan semangat memasuki ilusi yang dijadikan dunia sungguhan oleh
fantasi anak-anak.
e.Permainan Reseptif
Reseptif adalah kemampuan anak untuk
mengenal dan bereaksi terhadap seseorang ataupun terhadap kejadian lingkungan
sekitarnya. Mengerti maksud mimik dan nada suara dan akhirnya mengerti
kata-kata. Reseptif disini berarti menyimak. Anak pada usia tahun kedua ini
sudah mulai menyimak / memperhatikan apapun yang ada di sekitarnya. Pada anak
usia tahun kedua sudah mulai memiliki sifat terbuka untuk dan dapat
meresapkan kesan-kesan baru.
Permainan reseptif pada anak usia tahun kedua dapat
dilihat dari anak yang mulai dengan sambil mendengarkan
cerita atau melihat-lihat buku bergambar
anak
berfantasi dan menerima kesan-kesan yang membuat jiwanya sendiri menjadi aktif. Cerpen yang
mengandung benih-benih budi pekerti
,
rasa sosial , rasa keadilan sangat baik untuk
memangkitkan fantasinya.
Jika anak pada usia tahun kedua sudah memiliki sifat mulai merespon lingkungan
, dapat diketahui otak anak tersebut sudah aktif berpikir.
f.Permainan Prestasi
Dalam
permainan ini yang diutamakan adalah prestasi. Untuk kegiatan permainan ini sangat di
butuhkan keberanian, ketangkasan,
kekuatan
dan bahkan persaingan.
Contoh : meloncat parit ,
meniti jembatan, memanjat pohon dan sebagainya. Peran orang tua dalam permainan perstasi Dalam anak
usia tahun kedua dengan membimbingnya melakukan permainan yang dilengkapi
dengan tantangan dan jika si anak berhasil melakukannya orang tua dapat
memberinya pujian atau dengan memberinya hadiah untuk menyemangati anak untuk
melakukan permainan yang dibarengi dengan prestasi.
2.2.2 . Manfaat
Bermain
a.
Memupuk
Perkembangan Pribadi
Bermain membantu
mengembangkan kepribadian anak. Melalui bermain orang tua dapat meningkatkan
pengetahuan anak-anak melalui cara belajar yang tepat dan kondusif. Sementara orang tua juga
memberi rasa aman dan perhatian sebagai orang yang bertanggung jawab atas pembentukan diri anak baik. Orang tua sebagai pengembang
pengetahuan penting juga dalam melindungi anak dari rasa
ketergantungan dan juga mencegah dari pengaruh yang
negatif. Orang tua juga adalah orang yang memiliki kepekaan yang tinggi pada
aspek kognitif dan emosional dari anak. Orang tua dapat
menggunakan bermain sebagai sarana diskusi kesehatan dan
hal-hal yang ada di sekitar anak. Dengan bermain orang tua dapat membantu anak
membangun jati dirinya yang dapat membuat mereka percaya
terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Jadi tanggung
jawab seorang orang tua adalah menciptakan permainan yang akan menjadi pendukung perkembangan anak yang positif tentang jati diri
mereka dan dapat mengembangkan kemandiriannya dari hari
ke hari dalam hidupnya. Bermain dapat mengembangkan
potensi mereka dalam beberapa hal seperti :
·
Kemampuan
untuk membantu dirinya (mengembangkan kemampuan untuk makan dan berpakaian
sendiri dan ke toilet, tidur sendiri)
·
Kemandirian
(melahirkan kontrol diri sendiri juga lingkungannya)
·
Pribadi
yang sehat (mengembangkan fungsi bagian tubuhnya, nutrisi, kesehatan,
kebersihan, pencegahan terhadap ketergantungan obat)
·
Keselamatan pribadi (memoelajari perlindungan terhadap
anak ketergantungan obat dan keselamatan berlalu lintas, mengembangkan pengetahuan
tentang hal-hal yang berbahaya bagi lingkungannya)
b.
Memupuk Perkembangan Kematangan
Emosional
Permainan
mengembangkan perkembangan dalam diri anak dalam menemukan jati diri
mereka, mendukung perkembangan penyesuaian konflik dan
mengurangi sifat emosional dan ketakutan. Bermain membawa
dampak pada kematangan emosional. Dengan bermain,
anak-anak belajar menerima, berekspresi, dan mampu membangun jiwa dan perasaan mereka dalam rambu-rambu yang positif. Lewat permainan
memberikan anak kesempatan untuk menjadi diri mereka
sendiri dan mengetahui jati diri mereka dan dapat menjalani
kehiduapn mereka. Anak-anak mulai memahami diri mereka dalam hubungan dengan sekitarnya lewat pengalaman bermain memudahkan mereka untuk
menemukan jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang
timbul.Permainan
memfasilitasi keutuhan pribadi anak dan memiliki implikasi penting bagi
hubungannya dengan sesama.
Seeman
(1963) berpendapat bahwa prinsip-prinsip keutuhan jiwa adalah
proses seseorang yang mulai mengenal dan memahami dirinya. Hal ini sesuai
di dalam proses perkembangan anak. Anak-anak belajar tentang
diri mereka dan membuat jarak dengan dirinya (siapa aku).
Dan sebagai individu yang unik yang memiliki pikiran dan
perasaan untuk mengimajinasikan pengalaman-pengalaman bermain mereka.
Memberi dukungan anak untuk
memahami dan menerima emosional diri mereka di mulai dari perkembangan diri yang utuh
mampu membina hubungan baik dengan orang lain dan
meningkatkan kapasitas mereka untuk menjadi lebih baik (Seeman, 1963), secara
spesifik, bermain membawa perkembangan kepada kematangan
emosional seperti :
·
Pengetahuan, penerimaan dan pengekspresian emosional
(perasaan)(mampu mengidentifikasi beraneka ragam perasaan yang dirasakannya dan mampu
mengekspresikan perasaannya kepada orang lain).
·
Meningkatkan kemampuan (mampu beradaftasi, peduli
terhadap kesehatan dirinya, konflik yang ada atau perubahan disekitarnya, mampu
berfikir secara tenang, dan dapat memecahkan masalah
konflik di dalam jiwanya).
·
Kepribadian
yang utuh (memahami nilai-nilai umum di masyarakat/norma-norma memiliki
kekuasaan/menguasai diri dan memiliki konsep diri yang positif).
·
Mampu
membangun nilai-nilai diri (mengembangkan rasa empati, percaya, menghargai dan
menghormati orang lain).
c.
Memupuk Perkembangan Anak dalam
Bersosialisasi
Bermain menyediakan sarana
untuk mengembangkan kehidupan social anak. Saat mereka berbagi dengan anak lain
disinilah peran pokok permainan dalam membangun proses
sosialisasi anak, memperbesar rasa empati terhadap orang lain, dan mengurangi
sifat egois mereka. Permainan membawa anak pada
sosialisasi dan perasaan memiliki (rasa kasih sayang).
Dengan pengalaman bermain anak-anak belajar bersosialisasi seperti bergiliran dalam sesuatu, bekerjasama, saling berbagi dan saling tolong-menolong.
Dalam situasi bermain anak-anak
dibantu untuk menempatkan / memposisikan diri mereka sebagai orang lain , dengan ini diharapkan anak-anak mampu berempati dan
peduli terhadap orang lain. Contoh, anak-anak yang
mengambil peran sebagai orang yang berada di rumah sakit (permainan
seperti dokter-dokteran) mampu mengembangkan pemahaman anak akan empati mereka terhadap orang yang sedang sakit bahwa mereka perlu
ditolong dan diobati.
Permainan membawa dampak
perkembangan yang baik dan tenang bagi interaksi diantara anak-anak. Anak-anak belajar
untuk menjadi penengah dengan pengalaman- pengalaman
bermain membantu mereka untuk bernegosiasi, memecahkan masalah dengan baik dan menciptakan suasana yang kondusif. Anak belajar menghormati
dan peduli terhadap sesama untuk membina hubungan baik
dan kepedulian dalam berinteraksi dengan orang lain.
Dengan demikian permainan dapat membantu anak untuk :
·
Mengembangkan sosialisasi mereka di beberapa aspek
seperti : Interaksi social
(interaksi dengan sesamanya dan orang yang lebih tua darinya,
mampu memecahkan masalah).
·
Kerjasama
(tolong menolong, saling berbagi dan bergiliran dalam segala hal)
·
Pemeliharaan
bakat (menggunakan dan merawat benda dan lingkungan yang sesuai).
·
Menghargai
orang lain (mengerti dan menerima perbedaan individu; memahami isu
multicultural).
d. Memungkinkan Perkembangan Komunikasi.
Bermain adalah alat khusus
yang sangat berguna untuk mengajarkan keahlian bahasa pada anak. Bermain
pura-pura merupakan sarana perkembangan bahasa yang baik dengan menyediakan tempat alami yang kondusif untuk berbagi lebih dulu,
dengan emosi dan ide cerita. Anak menggunakan bahasa
dalam cara yang kreatif dan bersemangat selama bermain
drama social untuk memerankan suatu peran dan mengkomunikasikan, ide dan
keinginan.
Bermain peran social
melibatkan komunikasi verbal dan interaksi nonverbal dan membantu perkembangan
bahasa yang kongruen atau sama yang membolehkan anak untuk memberi dan menerima secara jelas, pesan yang konsisten. Secara
spesifik bermain menunjukan perkembangan dari segi
komunikasi :
·
Penerimaan
bahasa (ikuti petunjuk :pahami konsep dasar)
·
Bahasa
ekspresi (mengekspresikan kebutuhan, keinginan, perasaan : penggunaan kata,
frasa, kalimat ; berbicara dengan jelas)
·
Komunikasi
nonverbal (penggunaan komunikasi yang sama, ekspresi wajah, gerakan tubuh,
gerakan tangan)
·
Ingatan
yang berhubungan dengan pendengaran atau diskriminasi (memahami bahasa yang
dibicarakan : diskriminasi perbedaan bahasa)
e.
Memungkinkan Perkembangan Kognitif
Bermain adalah dasar dari
semua fungsi kognitif, yang sangat diperlukan dalam kehidupan seorang anak.
Bermain memberikan fungsi kritis dalam perkembangan intelektual
anak dan dua proses yang berkaitan yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi
melibatkan informasi yang abstrak dari dunia luar dan mencocokan
informasi itu ke dalam keberadaan system pengatahuan.
Dalam akomodasi, anak mengubah system pengetahuan menunjukan
apa yang mereka sudah ketahui.
Bermain mendukung
perkembangan memori, pemikiran dan keahlian menyelesaikan masalah dari anak melalui
aktivitas belajar berdasarkan pengamatan, penyelidikan dan penjelajahan. Bermain juga memberikan pengalaman, informasi dan
keahlian yang membentuk kerangka bagi masa depan.
Bermain mempromosikan perkembangan aspek kognitif sebagai berikut :
·
Penyelesaian masalah atau pertimbangan (penggunaan
pemikiran berbeda : menganjurkan solusi pada masalah teman sebaya, situasi “bagaimana
jika” : menjawab pertanyaan ; menyampaikan kalimat dan
cerita logis).
·
Konsep
formasi (mengerti hubungan ruang ; mengidentifikasi warna, nomor, dan bentuk)
·
Imitasi
atau memori (meniru ; ingatan masa lalu, urutan waktu)
·
Asosiasi
atau klasifikasi (tandingan ; sendiri ; kelompok ; menggolongkan; menetapkan
hubungan antar objek)
f.
Memungkinkan Perkembangan Keahlian Persepsi
Bermain mendukung kebutuhan
anak untuk berinteraksi secara langsung dan melibatkan diri dengan lingkungan
fisik. Seperti bayi , yang mulai belajar tentang dunia melalui
aksi sensori motor pada objek dalam lingkungan mereka. Gerakan mulai lebih
halus ketika perkembangan kontrol meningkat untuk mengatur
tubuh.
Tumbuhnya keteampilan
motorik merupakan tantangan untuk menciptakan lingkungan bermain yang memberikan
sarana untuk keterampilan menggerakan, menyangkut gerakan tubuh melalui ruang, dan keahlian bukan menggerakan, menyangkut
keterlibatan tetap yang lebih dengan lingkungan fisik.
Peningkatan kegiatan bermain manipulasi yang rumit mendukung
perkembangan dari keahlian gerak yang baik menyangkut kordinasi dalam mata-tangan atau mata-kaki. Bermain menunjukan perkembangan
keahlian persepsi gerak dibeberapa area :
·
Kordinasi
mata-tangan atau mata-kaki (menggambar, menulis, manipulasi objek, visual jejak,
melempar, menangkap, menendang)
·
Keahlian
menggerakan (menggerakan tubuh melalui ruang;berjalan, melompat, berbaris,
meloncat, lari, berlari cepat, berguling, merangkak, merangkak dengan pelan)
·
Keahlian
bukan menggerakan (statis; belokan, meraih, membelok, menyilang, meregang,
bergantungan, berjongkok, duduk, berdiri)
·
Mengatur
dan mengontrol tubuh (menunjukan kewaspadaan tubuh, kewaspadaan ruang, ritme,
keseimbangan, kemampuan memulai, berhenti, berganti arah)
2.2.3.
Pentingnya Permainan Untuk Anak Usia Tahun Kedua
Beberapa
ahli perkembangan anak setuju bermain yang sangat penting dalam pembelajaran
dan perkembangan emosional dari semua anak. Bermain adalah multi-faceted.
Meskipun harus menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi anak, seringkali
banyak keterampilan bisa dipelajari melalui bermain. Bermain akan membantu
perkembangan anak usia dini untuk belajar keterampilan, hubungan sosial, dan
perkembangan nilai-nilai etika. Bermain harus selalu dianggap sebagai bagian
penting dari anak pada pendidikan awal.
Fungsi
bermain membantu anak-anak untuk mengembangkan keterampilan motorik dan
praktek. Semacam ini biasanya dilakukan bermain dengan mainan atau benda yang
stackable, bisa diisi dengan air atau pasir atau bermain di luar ruangan.
Bermain air atau pasir merupakan permainan favorit bagi kalangan anak-anak
pra-sekolah dan alat pengajaran berharga. Sekitar 50% dari jenis permainan
dapat diberikan pada anak-anak balita.
Bermain
konstruktif ditandai dengan membangun atau menciptakan sesuatu. Mainan yang
mendorong jenis ini bermain adalah teka-teki sederhana, bangunan blok, kegiatan
kerajinan sederhana, dan boneka. Biasanya 4 atau 5 tahun anak-anak berusia
menikmati jenis permainan, dan akan menjadi hal yang menyenangkan di dalam
kelas pertama dan kedua pendidikan anak usia dini di Indonesia.
Tangan dan
jari-jari merupakan alat terbaik untuk menuangkan seni pertamanya. Segera
mereka akan mengelola kuas cat tebal, potongan spons, krayon lilin, dan kapur
keren. Hal ini juga disarankan agar menghindari hal yang terburu-buru yang
mengintruksikan seorang anak untuk membuat sesuatu yang khusus. Membiarkan
mereka melakukan apa yang mereka inginkan dan mendorong pengambilan keputusan
individual. Balita juga menikmati bermain adonan karena mereka bisa mendapatkan
tangan dan jari untuk menusuk, rolling, dan membentuk. Jenis permainan ini akan
mengembangkan kemampuan berpikir, penalaran, pemecahan masalah, dan
kreativitas.
Permainan
memungkinkan anak-anak untuk mengekspresikan diri mereka dan
peristiwa-peristiwa dalam hidup mereka. Biasanya seorang anak akan mengubah
diri atau benda bermain dalam seseorang atau sesuatu yang lain. Jenis permaian
akan populer dengan anak-anak di TK-TK dan dan cenderung memudar saat mereka
memasuki sekolah dasar. Membantu emosi anak dalam bermain, akan membantu proses
dalam hidup mereka pada masa perkembangan awal dalam kaitanya dengan
keterampilan sosial, belajar nilai-nilai, keterampilan bahasa, dan
mengembangkan imajinasi mereka. Karena keterampilan teater penting untuk
dikembangkan dengan upaya-upaya untuk mendorong anak-anak agar mudah
mengekpresikan dirinya.
Permainan
yang memiliki struktur tertentu atau aturan tidak menjadi dominan sampai
anak-anak mulai memasuki sekolah dasar. Papan permainan, permainan kartu
sederhana, permainan bola atau permainan lompat yang memiliki aturan khusus
akan mengajarkan kerjasama anak-anak, saling pengertian, dan berpikir logis.
Taman
bermain bisa berubah menjadi pengalaman belajar bagi anak. Meskipun taman
bermain tradisional memiliki unsur-unsur tertentu, elemen-elemen ini dapat
menimbulkan suatu tidak aman untuk anak Anda, jika peralatan tidak benar-benar
diawasi atau dibangun dari bahan yang tidak aman. Untuk menyediakan lingkungan
yang aman adalah penting yang memungkinkan aktivitas motorik kasar dilakukan
oleh anak-anak, sehingga membutuhkan pertimbangan pada saat pembuatan peralatan
bermain.
2.2.4.
Perkembangan
Fisik Pada Fase Anak Tahun Kedua (2-5 Tahun)
Tim
penulis CRI (1997) menjelaskan bahwa anak usia 2 tahun memiliki kekuatan fisik
yang mulai berkembang, tapi rentang konsentrasinya pendek, cenderung
berpindah-pindah dari satu kegiatan ke kegiatan lain. Meskipun memiliki rentang
konsentrasi yang relatif pendek, mereka menjadi ahli pemecah masalah dan dapat
memusatkan perhatian untuk suatu periode yang cukup lama jika topik yang di
ajarkan menarik bagi mereka. Permainan mereka bersifat sosial dan sekaligus
pararel. Pada usia ini, anak mengembangkan keterampilan motorik kasar dan
melakukan gerakan fisik yang sangat aktif. Energi mereka seolah-olah tak ada
habisnya.
Pada
usia 5 tahun, rentang konsentrasi anak menjadi agak lama. Kemampuan mereka
untuk berfikir dan memecahkan masalah juga semakin berkembang. Anak dapat
memusatkan diri pada tugas-tugas dan berusaha untuk memenuhi standar mereka
sendiri. Secara fisik, pada usia ini fisik anak sangat lentur dan tertarik pada
senam dan olahraga yang teratur. Mereka mengembangkan kemampuan motorik yang
lebih baik. Kegiatan-kegiatan seperti memakai baju, menggunting, menggambar dan
menulis lebih mudah dilakukan secara terperinci.
Perkembangan
motorik anak bisa di pantau dengan melakukan suatu tes. Tes yang umum dilakukan
untuk memantau perkembangan motorik adalah tes denver. Tes ini membagi
perkembangan anak menjadi empat, yaitu perkembangan personal sosial,
perkembangan bahasa, serta perkembangan motorik kasar dan motorik halus
adaptif. Perkembangan bayi akan di amati sebulan sekali. Sedangkan balita (anak
usia ahun kedua) cukup 3 bulan sekali. Tes denver merupakan cheklist untuk
mempermudah pemantauan akan perkembangan anak, apakah anak sesuai dengan
perkembangan usianya saat itu atau tidak.
2.2.5.
Perkembangan aktivitas pada anak usia tahun kedua
a. Berjalan Sendiri
Salah satu hal yang paling
mendebarkan adalah ketika anak Anda mencoba berjalan. Pada usia dua tahun, ia
mulai berjalan tanpa bantuan meskipun dengan jalan yang masih terhuyung.
Sebagian besar anak memulai berjalan pada usia sekitar 9 sampai 17 bulan.
Rata-rata usia belajar berjalan sekitar 14 bulan. Jadi , jangan hentikan mereka saat itu
untuk berjalan.
b.
Berlari
Mereka mulai mengejar sesuatu.
Sekitar 6 bulan setelah "uji coba perdana" mereka belajar berjalan,
dia akan mencoba berlari mengejar sesuatu yang ia lihat.
c.
Memanjat
Sebagian orang tua segera mengangkat
anaknya yang mencoba memanjat peralatan furniture dirumah. Tanpa Anda sadari,
ini adalah langkah yang harus Anda perhatikan. Sementara usia anak ketika mulai
memanjat sofa, atau mencoba keluar dari baby-box sangat bervariatif. Anda cukup
memerhatikan tingkahnya, jika membahayakan segera lindungi dia.
d.
Menendang bola
Menendang bola mungkin terlihat
mudah, tapi untuk anak Anda yang baru masuk di tahun keduanya membutuhkan
keahlian yang kompleks. Anak Anda membutuhkan koordinasi antara kaki untuk
menendang, dan berpikir mengenai sebab akibat dari menendang bola.
Untuk anak yang lebih tua, dapat
membuat hubungannya sendiri. Jika ketika ia menendang bola, maka bola tersebut
berguling atau memantul, maka ia akan meletakkan mainan kesayangannya untuk
kemudian menendangnya. Diam-diam dia akan memerhatikan, apakah mainan yang
ditendangnya akan berguling juga?
e. Mencoret
Masih terlalu dini untuk
menebak-nebak bahwa anak Anda akan menjadi pelukis atau penulis di masa
mendatang melalui coretan pertamanya, namuan jadikan coreta-coretan
"kusut"nya berharga bagi Anda. Selama tahun kedua, anak meningkatkan
kontrolnya terhadap otot-otot kecil di lengan dan jari mereka. Hal ini akan
membantu anak Anda mencoret-coret dengan krayon atau makan dengan sendoknya.
f.
Bermain Meyakinkan
Diantara usia 18-24 bulan, perubahan
pada jaringan otaknya mengarah pada hal penting seiring pertumbuhan si kecil.
Mungkin kadang Anda menemukan anak Anda sedang menyuapi boneka mainannya, atau
berbicara dengan handphone mainannya.
g.
Cuap-cuap
Mengoceh bisa jadi salah satu bentuk
pilihan bahasa anak Anda, tapi Anda bisa mendengar beberapa kata
"sungguhan" ketika ia mulai beranjak 15-18 bulan. Diantara usia 18-24
bulan, perkembangan kosakata anak Anda mulai terlihat, seperti
"tidak" atau "ini apa?". Dan pada usia 2 tahun, Anda
mungkin akan mendengar beberapa kalimat pendek.
h.
Bermain dengan teman
Biarkan ia berinteraksi. Pada akhir tahun kedua, anak Anda
akan menunjukkan ketertarikannya akan lingkungan sekitar.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Perkembangan
adalah suatu perubahan yang bersifat kualitatif, artinya,perubahan ini tidak
dapat diukur dengan inci, centimeter, gram atau kilogram.Perkembangan individu
merupakan suatu proses yang dinamis dan menuju kesuatu progres, tidak dapat
diulang dan bersifat kekal. Bermain adalah tindakan atau kesibukan suka rela
yang dilakukan dalam batas - batas tempat dan waktu, berdasarkan atuan - aturan
yang mengikat tetapi diakui secara sukarela dengan tujuan yang ada dalam
dirinya sendiri, disertai dengan perasaan tegang dan senang serta dengan
pengertian bahwa bermain merupakan suatu yang lain dari biasa.
Perkembangan permainan pada anak usia tahun kedua
terdiri dari permainan gerak atau fungsi , permainan destruktif , permainan
kontruktif , permainan peranan / ilusi , permainan resptif (ceritera) , dan permainan
prestasi.
3.2. Saran
Sebagai
seorang calon pendidik dalam lingkungan sekolah maupun lingkungan keluarga ,
kita harus memahami perkembangan – perkembangan yang terjadi pada peserta
didik. Kita juga tidak hanya memahaminya , kita dapat mengrahkan perkembangan –
perkembangan yang terjadi ke arah yang baik.
DAFTAR
PUSTAKA
·
M. Dimyati Mahmud, Psikologi Pendidikan (Cet.
I; Yogyakarta: BPFE, 1990), h. 1.
·
Singgih D. Gunarsa, Pengantar Psikologi
(Jakarta: Mutiara, t.th.), h. 9.
·
Alex Sobur, Anak Masa Depan (Cet. II; Bandung:
Angkasa, 1991), h. 247.
·
Kartini Kartono, Peranan Keluarga Memandu Anak
(Cet. I; Jakarta: CV. Rajawali, 19850, h. 12.
·
Henry N. Siahaan, Peranan Ibu Bapak Mendidik Anak
(Cet. I; Bandung: Angkasa, 1986), h. 87.
·
Disadur dari R.I. Suhertin Citrobroto, Cara
Mendidik Anak Dalam Keluarga Masa Kini (Jakarta: Bhratara Karya Aksara,
1986), h. 265.
Categories:
pendidikan